RINGKASAN
KAJIAN KITAB
مَوْعِظَةُ الْمُؤْمِنِيْنَ
بسم الله الرحمن الرحيم
Jum’at, 30 Januari 2015
Dijelaskan Oleh: Ustadz
Ihsan
MEREALISASIKAN CINTA KEPADA ALLAH SWT
Mencintai
apapun itu baik mencintai seseorang atau mencintai sesuatu hendaknya bukan
karena dzatnya, tetapi karena ia memiliki sesuatu yang bisa mengantarkannya
kepada Allah SWT. Artinya, rasa cinta tersebut sebagai washilah (perantara)
untuk bisa sampai kepada cinta sejati yaitu kepada Allah SWT.
Salah satu
contohnya adalah konteks ta’lim yaitu cinta seorang murid kepada
gurunya, dan sebaliknya cinta seorang guru kepada muridnya. Rasa cinta tersebut
itu bisa mengantarkannya kepada Allah melalui ilmu. Sebab seorang murid
memperoleh ilmu dari sang guru dan sang gurupun bisa menyampaikan ilmunya
karena adanya murid.
Semua itu
tentunya berproses. Mencintai Allah bukan berarti meninggalkan dunia.
Hakikatnya, tidak mungkin dalam satu hati berkumpul dua cinta. Cinta kepada
Allah dan dunia, manakah diantara keduanya yang lebih kuat. Maka lama-kelamaan
rasa cinta yang satu (yang lebih lemah) akan sirna dengan sendirinya.
Setiap
tingkatan, apapun itu, terdapat imtihan atau ujian. Seseorang yang
menempatkan diri bukan pada tingkatannya, maka pada suatu saat berada pada
tingkatan yang sebaliknya (berbanding terbalik/menurun). Karena ia hanya tau
teorinya saja, belum tau real atau kenyataannya dalam kehidupan yang akan
dialami.
Seluruh cinta
butuh pengorbanan. Hakikat cinta kepada Allah itu butuh proses, hingga tak ada
cinta lain selain Allah.
Tambahan:
1. Hendaknya merubah logika
setiap melakukan sesuatu yaitu dengan tujuan untuk berbagi kebaikan dengan yang
lain, memprioritaskan hal yang lebih penting.
2. Hendaknya menyelesaikan
segala urusan duniawi yaitu sebelum berumur 40 tahun. Sehingga setelah melewati
umur tersebut, lebih memfokuskan diri untuk mencari bekal kehidupan akhirat.
3. Seorang istri/wanita yang
sabar (bertahan) dengan laki-laki yang dholim, maka memperoleh pahala
sama dengan pahala Sayyidah Asiyah, istri Fir’aun. Jadi ketika menghadapi
seorang laki-laki (pasangan) yang dholim pilihannya ada dua apakah ingin
bertahan dan bersabar seperti Sayyidah Asiyah atau melepaskannya karena Allah
jika tidak mampu/dikhawatirkan bertahan hanya akan semakin menjauhkannya dari
Allah SWT.
4. Mintalah (berdo’a) kepada
Allah, karena semua telah diatur oleh Allah SWT.
PENJELASAN TENTANG MEMBENCI KARENA ALLAH SWT
Jika
mencintaipun karena Allah, maka membencipun harus karena Allah. Ketika membenci
apapun itu baik seseorang maupun sesuatu, yang dibenci yaitu kemaksiatannya, kefasiqannya,
perbuatannya, tindakan/tingkah lakunya, bukan dzat atau orangnya. Menunjukkan
kebencian kepada orang yang berbuat maksiat dan berulang-ulang salah satunya
yaitu dengan mendiamkannya (tidak mau/tidak mengajak bicara padanya).
Fase tingkatan
untuk bisa sampai (wushul) kepada Allah (lillaahi ta’ala):
1) Ilmu (mengetahui,
memahami)
2) Dorongan/motif, yaitu
dengan menghilangkan motif negatif. Bisa berupa rintangan. Menganggap rintangan
itu sebagai dorongan positif, bukanlah sebagai penghalang.
3) Arahnya kepada Allah SWT
Tambahan:
-
Jadzab yaitu kegoncangan jiwa
akibat tidak sesuai tingkatannya. Misalnya, harusnya kelas 2 malah masuk kelas
11. Maka harus ada guru yang mengarahkan dan membimbing. Jika tidak, maka akan
kebablasan/kelewat batas dan berbahaya.
Wallaahu a’lam bis showaab. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar