Sabtu, 21 Februari 2015

REALISASI CINTA KEPADA ALLAH SWT



RINGKASAN KAJIAN KITAB
مَوْعِظَةُ الْمُؤْمِنِيْنَ

بسم الله الرحمن الرحيم
Jum’at, 30 Januari 2015

Dijelaskan Oleh: Ustadz Ihsan

MEREALISASIKAN CINTA KEPADA ALLAH SWT

Mencintai apapun itu baik mencintai seseorang atau mencintai sesuatu hendaknya bukan karena dzatnya, tetapi karena ia memiliki sesuatu yang bisa mengantarkannya kepada Allah SWT. Artinya, rasa cinta tersebut sebagai washilah (perantara) untuk bisa sampai kepada cinta sejati yaitu kepada Allah SWT.
Salah satu contohnya adalah konteks ta’lim yaitu cinta seorang murid kepada gurunya, dan sebaliknya cinta seorang guru kepada muridnya. Rasa cinta tersebut itu bisa mengantarkannya kepada Allah melalui ilmu. Sebab seorang murid memperoleh ilmu dari sang guru dan sang gurupun bisa menyampaikan ilmunya karena adanya murid.
Semua itu tentunya berproses. Mencintai Allah bukan berarti meninggalkan dunia. Hakikatnya, tidak mungkin dalam satu hati berkumpul dua cinta. Cinta kepada Allah dan dunia, manakah diantara keduanya yang lebih kuat. Maka lama-kelamaan rasa cinta yang satu (yang lebih lemah) akan sirna dengan sendirinya.  
Setiap tingkatan, apapun itu, terdapat imtihan atau ujian. Seseorang yang menempatkan diri bukan pada tingkatannya, maka pada suatu saat berada pada tingkatan yang sebaliknya (berbanding terbalik/menurun). Karena ia hanya tau teorinya saja, belum tau real atau kenyataannya dalam kehidupan yang akan dialami.
Seluruh cinta butuh pengorbanan. Hakikat cinta kepada Allah itu butuh proses, hingga tak ada cinta lain selain Allah.

Tambahan:
1.      Hendaknya merubah logika setiap melakukan sesuatu yaitu dengan tujuan untuk berbagi kebaikan dengan yang lain, memprioritaskan hal yang lebih penting.
2.      Hendaknya menyelesaikan segala urusan duniawi yaitu sebelum berumur 40 tahun. Sehingga setelah melewati umur tersebut, lebih memfokuskan diri untuk mencari bekal kehidupan akhirat.
3.      Seorang istri/wanita yang sabar (bertahan) dengan laki-laki yang dholim, maka memperoleh pahala sama dengan pahala Sayyidah Asiyah, istri Fir’aun. Jadi ketika menghadapi seorang laki-laki (pasangan) yang dholim pilihannya ada dua apakah ingin bertahan dan bersabar seperti Sayyidah Asiyah atau melepaskannya karena Allah jika tidak mampu/dikhawatirkan bertahan hanya akan semakin menjauhkannya dari Allah SWT.
4.      Mintalah (berdo’a) kepada Allah, karena semua telah diatur oleh Allah SWT. 

PENJELASAN TENTANG MEMBENCI KARENA ALLAH SWT

Jika mencintaipun karena Allah, maka membencipun harus karena Allah. Ketika membenci apapun itu baik seseorang maupun sesuatu, yang dibenci yaitu kemaksiatannya, kefasiqannya, perbuatannya, tindakan/tingkah lakunya, bukan dzat atau orangnya. Menunjukkan kebencian kepada orang yang berbuat maksiat dan berulang-ulang salah satunya yaitu dengan mendiamkannya (tidak mau/tidak mengajak bicara padanya).
Fase tingkatan untuk bisa sampai (wushul) kepada Allah (lillaahi ta’ala):
1)      Ilmu (mengetahui, memahami)
2)      Dorongan/motif, yaitu dengan menghilangkan motif negatif. Bisa berupa rintangan. Menganggap rintangan itu sebagai dorongan positif, bukanlah sebagai penghalang.
3)      Arahnya kepada Allah SWT

Tambahan:
-          Jadzab yaitu kegoncangan jiwa akibat tidak sesuai tingkatannya. Misalnya, harusnya kelas 2 malah masuk kelas 11. Maka harus ada guru yang mengarahkan dan membimbing. Jika tidak, maka akan kebablasan/kelewat batas dan berbahaya.

Wallaahu a’lam bis showaab. . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar