Dipresentasikan oleh:
Ishmatul Maula
ثلاث من كن فيه حسابه الله حسابا يسيرا , وادخله
الجنه تعطي من حرمك و تعفو عمن ظلمك
وتصل
من قطعك (رواه الحاكم عن ابي هريره )
Artinya: “Tiga perkara yang ketika ada dalam
diri seseorang maka Allah SWT. akan menghisabnya dengan hisab yang mudah dan
memasukkannya ke dalam surga: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu,
memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada
orang yang memutusnya.” (HR. Al-Hakim).
Hadis ini membahas mengenai sifat-sifat calon
penghuni surga, bahwa ada tiga perkara yang bisa menjadikan nasib kita baik di
Akhirat: Pertama, memberi kepada yang tidak pernah memberi atau bahkan
yang menghalangi hak kita. Kalau kita memberi kepada orang yang pernah memberi
dan berbuat kebaikan kepada kita, secara kebiasaan itu adalah hal yang dianggap
lumrah adanya. Lumrah ketika kebaikan dibalas dengan kebaikan. Namun memberi
kepada orang yang tidak pernah memberi atau bahkan menghalangi hak kita, inilah
sikap yang sangat mulia. Tidak semua kita mampu melakukannya.
Kedua, memaafkan orang yang pernah menzalimi kita.
Sikap ini juga bukan hal yang gampang dilakukan oleh setiap orang. Perlu
kekuatan jiwa yang tercermin pada sifat sabar dan membuang dendam serta
berharap imbalan dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman: “dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. (Fusshilat:
34-35). Dalam ayat lain disebutkan: “maka barang siapa memaafkan dan berbuat
baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang zalim”. (Asy Syuraa: 40).
Imbalan yang diberikan Allah SWT. begitu besar
sehingga Al-Qur’an menyebutnya dengan keuntungan yang besar. Dan Sifat pemaaf
menjadikan seseorang terhormat baik di mata Allah SWT. maupun di mata manusia.
Rasulullah Saw. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah:
وما
زاد الله عبدا بعفو إلا عزا
“Allah SWT. hanya menambah kemuliaan
bagi seseorang sebab memberi maaf”. (HR. Muslim).
Sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah Saw. ketika Fathu Mekah. Setelah Rasul dan para Sahabat
memiliki kekuatan di Madinah dan ingin membuka Mekah. Kufar Quraisy Mekah yang
seringkali menganiaya dan bahkan berupaya membunuh Rasul Saw. dan para Sahabat
merasa panik dan cemas; bahwa Rasul Saw. dan para Sahabat akan membalas dendam.
Itulah yang dikatakan oleh Sa’ad bin Ubadah Al-Anshori: “hari ini hari potong
daging, hari ini Allah akan menghinakan Quraisy”. Mendengar perkataan itu
Rasulullah Saw. langsung meluruskan dan bersabda: “hari ini adalah hari kasih
sayang, hari ini Allah memuliakan Quraisy dan mengagungkan Ka’bah”. Sifat
pemaaf tidak menggambarkan kelemahan seseorang, justru sifat tersebut
mengisyaratkan kekuatan karakter. Sifat pemaaf yang sebenarnya adalah ketika
seseorang mudah memaafkan orang lain tetapi ia mampu untuk membalas. Ia
memaafkan dalam kondisi kuat, tidak lemah.
Ketiga, menyambung silaturahmi kepada orang yang
memutusnya. Alangkah mulianya sifat ini. Inilah makna hakiki dari seorang yang
disebut sebagai al-washil (penyambung tali silaturahmi) oleh Rasulullah
Saw. Sabda beliau berbunyi:
ليس
الواصل بالمكافئ ولكن الواصل الذى اذا قطعت رحمه عن عبدالله
ابن عمري بن العاص رض عن النبي ص قال:
وصلها. (البخا ري, في الترغيب و التر هيب )
Dari Abdullah bin ‘Amr
bin Al ‘Ash RA, Nabi SAW bersabda : “ Bukanlah yang disebut al-washil (orang
yang menyambung silaturahmi) itu orang yang membalas kebaikan dengan sepadan, namun menyambung persaudaraan itu
adalah jika kerabatnya
memutuskan hubungan, dia menyambungnya. “ (HR.
Bukhari, dalam Targhib wat
Tarhib).
Beberapa hal yang bisa kita ambil hikmah dari
hadis ini adalah dengan menanamkan akhlaq terpuji seperti mau memberi kepada
orang lain tanpa memandang orang itu berperilaku baik atau buruk tehadap kita,
mau memaafkan orang yang pernah mendholimi kita, serta mau menyambung tali
silaturrahmi yang terputus.