Rabu, 17 Desember 2014

SILATURRAHIM, ADZAB GOLONGAN YANG BERDUSTA ATAS NAMA RASULULLAH, DAN DIBALIK BAYAN (Menjelaskan dan Menerangkan) & SYAIR




RANGKUMAN HADITS NO. 362, 363 & 364
(مختار الأحاديث النبوية)                                                   


Dipresentasikan pada hari Ahad, 7 Desember 2014

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 362
Oleh : Ilhia Rahma

Terjemah:
“Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah  menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya setelah ayahnya meninggal.”
(HR. Imam Bukhori Muslim)
Penjelasan Hadits:
Sesungguhnya sebaik-baiknya orang yakni orang yang mau tetap menyambung tali silaturrahmi kepada saudara dan teman-teman ayahnya setelah ayahnya meninggal dunia. Karena dengan menghormati teman-teman ayahnya merupakan salah satu bukti bakti seseorang kepada orang tuanya. Karena menghormati sahabat karibnya sama saja dengan menghormati ayahnya begitun sebaliknya, apabila mencela orang tua teman itu sama saja dengan mencela orang tua sendiri.
Di antara amal-amal yang harus diperbuat setelah orang tua wafat yakni :
1.      Mendoakannya.
2.      Mensholatkan ketika orang tua meninggal.
3.      Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4.      Membayar hutang-hutangnya.
5.      Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syariat.
6.      Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.


Perintah menyambung silaturrahmi terdapat pada QS An-Nisa’ ayat 1:

 “ ….bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Ketika kita menjalankan silaturrahmi ada 6 manfaat yang kita peroleh, diantaranya:
1.      Diluaskan rezekinya.
2.      Dikenang kebaikannya.
3.      Dipanjangkan umurnya.
4.      Khusnul khotimah.
5.      Kecintaan dalam keluarga.
6.      Kunci masuk surga.
Ketika orang tua kita membenci orang lain kita tidak perlu mencontohnya akan tetapi kita harus cari tahu mengapa orang tua kita membencinya, kalau membenci karena iri sebaiknya kita tidak perlu mencontohnya karena taat juga ada batasannya, yakni masih dalam jalur kebaikan bukan kemaksiatan.
Tambahan:
1.      Mengapa menggunakan lafadh abiihi, karena ayah adalah sebagai kepala keluarga. Intinya bukan pada ayah, melainkan pada ahl (keluarganya).
2.      Hadits ini menyiratkan tentang pentingnya menjaga komitmen dan hubungan baik dengan siapa saja yang berhubungan dengan kita.
3.      Membenci seseorang yaitu karena perilaku/sikapnya yang tidak sesuai dengan ajaran agama (dasar agama), bukan karena orangnya.
4.      Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kebenaran, bukanlah menjunjung tinggi fanatisme buta.
5.      “Kalau anda bukanlah anak Kyai, buatlah nasab Kyai” (KH. Ali Maksum).

Hadits No. 363
Oleh : Silvi Lita Khairunnisa

Hadits dan Terjemah:
ان كذ با علي ليس ككذ ب علي احد فمن كذ ب علي مثعمدا فليثبؤا مقعده                                                                                      من النار  
“Sesungguhnya berdusta kepadaku tidak sama dengan orang yang berdusta kepada orang lain, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.”
(HR. Imam Bukhori Muslim)

Penjelasan Hadits:
            Maksud dalam hadis diatas ialah, menyampaikan agar kita hati-hati dalam menyampaikan hadis terutama dalam kesohihannya. Hadis diatas mengatakan berdusta kepadaku atau menggunakan nama nabi, maksud dari hadis tersebut seseorang menyampaikan sebuah hadis yang sebenarnya hadis itu tidak disampaikan kepada rosul atau dengan kata kain seseorang itu membicarakan sesuatu yang dinisbatkan/ disandarkan kepada rosul tanpa mengetahui kesohihannya.
Dalam beberapa hadis lain rosul bersabda tentang peringatan ini, yaitu :
“ Akan ada orang-orang pada akhir umatku menceritakan sebuah hadis kepada kalian yang kalian belum pernah mendengarnya dan tidak pula bapak kalian. Maka kalian jauhilah dan mereka jauhilah.”

Dari diatas diketahui, sangat dilarang menyampaikan hadis atas nama rosul ( nabi ) yang tidak diketahui kesohihannya.
Hadist tersebut mengatakan “ Sesungguhnya berdusta kepadaku tidak sama dengan orang yang berdusta terhadap orang lain, bukanlah suatu kebolehan atas kebohongan yang dilakukan orang lain. Maksudnya mengarah pada tingkat balasan  ( dosa ). Orang yang berbohong atas nama nabi dosanya lebih besar jika dibandingkan dengan berbohong atas nama orang lain.
Rosul mengancam kepada siapa saja yang melakukan larangan ( berdusta ) diberikan ancaman berupa neraka. ( sebagaimana yang disebutkan hadis diatas ).
Pasal khusus : pasal yang mengenai dipastikannya masuk neraka bagi orang yang menisbatkan sesuatu atas nama nabi padahal tidak mengetahui kesohihannya.
Nabi adalah utusan Allah sebagai petunjuk/ pedoman umat, dan itu menjadi perbedaan kenapa berdusta atas nama nabi lebih besar dari pada berduta atas nama orang lain. Karena orang yang berdusta atas nama nabi langsung ditempatkan di neraka, berbeda dengan orang yang berdusta atas nama orang lain. Iman adalah mempercayai semua perkataan nabi.
Kesimpulannya :
Seseorang yang menyampaikan hadis tanpa tau kesohihannya atau bahkan hadis palsu. Maka dia sudah dipastikan menempati neraka.

Hadits No. 364
Oleh : Fidza ‘Azimatul ‘Aqilah

Terjemah:
“Sesungguhnya diantara bayan itu ada sihir, dan sesungguhnya diantara syair itu ada hikmah.”
(HR. Imam Bukhori)
Penjelasan Hadits:
            Dalam pernyataan yang pertama, disebutkan bahwa di dalam bayan sungguh ada sihir. Bayan mempunyai makna asli yaitu menjelaskan atau menerangkan. Dalam konteks ini, bayan berarti menjelaskan dengan kata-kata yang indah, berlebihan, dan meyakinkan akan tetapi penjelasan tersebut bertentangan dengan ajaran. Sedangkan sihir diartikan sebagai sesuatu hal yang memukau, menjadi terkesima, mempengaruhi, mempesona sehingga terlihat seakan-akan terhipnotis. Jadi, jika disimpulkan, penjelasan yang berlebihan dan dibuat-buat itu sungguh mengandung sihir yang dapat mempengaruhi kepada hal yang tidak baik.
            Dalam pernyataan yang kedua, disebutkan bahwa diantara syair itu sungguh ada hikmah. Syair sebagai tatanan bahasa yang mengutamakan keindahan bahasanya mempunyai segi positif dan negatif. Kebanyakan syair hanya menyebutkan kata-kata yang tidak bermakna, seperti lagu-lagu jaman sekarang. Akan tetapi, beberapa syair dalam lagu mengandung makna positif jika kita tahu bagaimana cara atau bagaimana ilmunya memaknai isi syair tersebut. Disebutkan bahwa Al Quran itu tidak berbentuk syair dan Nabi Muhammad itu bukan penyair.
            Oleh karena itu, pelajaran yang dapat kita ambil dari hadits ini adalah kita harus berhati-hati ketika mendengarkan kata-kata orang lain. Jangan mudah percaya dengan omongan yang sekiranya terlihat indah dari luarnya. Namun, cobalah resapi kembali makna yang terkandung dalam kata-kata yang diucapkan. Apakah sesuai dengan ajaran yang kita anut atau tidak. Jika kita dapat memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah, maka kita tidak akan mudah terbujuk oleh rayuan orang lain.

Wallaahu a’lam bis showaab. . .


 































Tidak ada komentar:

Posting Komentar