RANGKUMAN HADITS NO. 362, 363 & 364
(مختار الأحاديث النبوية)
Dipresentasikan pada hari
Ahad, 7 Desember 2014
بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 362
Oleh : Ilhia Rahma
Terjemah:
“Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang
adalah menyambung tali silaturrahmi
kepada teman-teman ayahnya setelah ayahnya meninggal.”
(HR. Imam Bukhori Muslim)
Penjelasan Hadits:
Sesungguhnya sebaik-baiknya orang yakni orang
yang mau tetap menyambung tali silaturrahmi kepada saudara dan teman-teman
ayahnya setelah ayahnya meninggal dunia. Karena
dengan menghormati teman-teman ayahnya merupakan salah satu bukti bakti
seseorang kepada orang tuanya. Karena menghormati sahabat karibnya sama saja
dengan menghormati ayahnya begitun sebaliknya, apabila mencela orang tua teman
itu sama saja dengan mencela orang tua sendiri.
Di antara amal-amal yang harus diperbuat setelah orang tua wafat yakni
:
1.
Mendoakannya.
2.
Mensholatkan
ketika orang tua meninggal.
3.
Selalu
memintakan ampun untuk keduanya.
4.
Membayar
hutang-hutangnya.
5.
Melaksanakan
wasiat yang sesuai dengan syariat.
6.
Menyambung
tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.
Perintah menyambung silaturrahmi terdapat pada QS An-Nisa’ ayat 1:
“
….bertakwalah kepada Allah yang dengan
nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”
Ketika kita
menjalankan silaturrahmi ada 6 manfaat yang kita peroleh, diantaranya:
1.
Diluaskan
rezekinya.
2.
Dikenang
kebaikannya.
3.
Dipanjangkan
umurnya.
4.
Khusnul
khotimah.
5.
Kecintaan
dalam keluarga.
6.
Kunci
masuk surga.
Ketika orang
tua kita membenci orang lain kita tidak perlu mencontohnya akan tetapi kita
harus cari tahu mengapa orang tua kita membencinya, kalau membenci karena iri
sebaiknya kita tidak perlu mencontohnya karena taat juga ada batasannya, yakni
masih dalam jalur kebaikan bukan kemaksiatan.
Tambahan:
1.
Mengapa menggunakan lafadh abiihi,
karena ayah adalah sebagai kepala keluarga. Intinya bukan pada ayah,
melainkan pada ahl (keluarganya).
2.
Hadits ini menyiratkan tentang pentingnya
menjaga komitmen dan hubungan baik dengan siapa saja yang berhubungan dengan
kita.
3.
Membenci seseorang yaitu karena perilaku/sikapnya
yang tidak sesuai dengan ajaran agama (dasar agama), bukan karena orangnya.
4.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi
kebenaran, bukanlah menjunjung tinggi fanatisme buta.
5.
“Kalau anda bukanlah anak Kyai, buatlah nasab
Kyai” (KH. Ali Maksum).
Hadits No. 363
Oleh : Silvi Lita Khairunnisa
Hadits dan Terjemah:
ان كذ با علي ليس ككذ ب علي احد فمن كذ ب علي مثعمدا فليثبؤا مقعده
من النار
“Sesungguhnya berdusta kepadaku tidak sama dengan orang yang
berdusta kepada orang lain, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka.”
(HR. Imam Bukhori Muslim)
Penjelasan Hadits:
Maksud dalam hadis diatas ialah,
menyampaikan agar kita hati-hati dalam menyampaikan hadis terutama dalam
kesohihannya. Hadis diatas mengatakan berdusta kepadaku atau menggunakan nama
nabi, maksud dari hadis tersebut seseorang menyampaikan sebuah hadis yang
sebenarnya hadis itu tidak disampaikan kepada rosul atau dengan kata kain
seseorang itu membicarakan sesuatu yang dinisbatkan/ disandarkan kepada rosul
tanpa mengetahui kesohihannya.
Dalam beberapa hadis lain rosul bersabda tentang peringatan ini,
yaitu :
“ Akan ada orang-orang pada akhir umatku menceritakan sebuah hadis
kepada kalian yang kalian belum pernah mendengarnya dan tidak pula
bapak kalian. Maka kalian jauhilah dan mereka jauhilah.”
Dari diatas diketahui, sangat dilarang menyampaikan hadis atas nama rosul
( nabi ) yang tidak diketahui kesohihannya.
Hadist tersebut mengatakan “ Sesungguhnya berdusta kepadaku tidak
sama dengan orang yang berdusta terhadap orang lain, bukanlah suatu kebolehan
atas kebohongan yang dilakukan orang lain. Maksudnya mengarah pada tingkat
balasan ( dosa ). Orang yang berbohong
atas nama nabi dosanya lebih besar jika dibandingkan dengan berbohong atas nama
orang lain.
Rosul mengancam kepada siapa saja yang melakukan larangan (
berdusta ) diberikan ancaman berupa neraka. ( sebagaimana yang disebutkan hadis
diatas ).
Pasal khusus : pasal yang mengenai dipastikannya masuk neraka bagi
orang yang menisbatkan sesuatu atas nama nabi padahal tidak mengetahui
kesohihannya.
Nabi adalah utusan Allah sebagai petunjuk/ pedoman umat, dan itu
menjadi perbedaan kenapa berdusta atas nama nabi lebih besar dari pada berduta
atas nama orang lain. Karena orang yang berdusta atas nama nabi langsung
ditempatkan di neraka, berbeda dengan orang yang berdusta atas nama orang lain.
Iman adalah mempercayai semua perkataan nabi.
Kesimpulannya
:
Seseorang yang menyampaikan hadis tanpa tau
kesohihannya atau bahkan hadis palsu. Maka dia sudah dipastikan menempati
neraka.
Hadits No. 364
Oleh : Fidza ‘Azimatul ‘Aqilah
Terjemah:
“Sesungguhnya
diantara bayan itu ada sihir, dan sesungguhnya diantara syair itu ada hikmah.”
(HR. Imam Bukhori)
Penjelasan Hadits:
Dalam pernyataan yang pertama,
disebutkan bahwa di dalam bayan sungguh ada sihir. Bayan mempunyai makna asli
yaitu menjelaskan atau menerangkan. Dalam konteks ini, bayan berarti
menjelaskan dengan kata-kata yang indah, berlebihan, dan meyakinkan akan tetapi
penjelasan tersebut bertentangan dengan ajaran. Sedangkan sihir diartikan
sebagai sesuatu hal yang memukau, menjadi terkesima, mempengaruhi, mempesona
sehingga terlihat seakan-akan terhipnotis. Jadi, jika disimpulkan,
penjelasan yang berlebihan dan dibuat-buat itu sungguh mengandung sihir yang
dapat mempengaruhi kepada hal yang tidak baik.
Dalam pernyataan yang kedua,
disebutkan bahwa diantara syair itu sungguh ada hikmah. Syair sebagai tatanan
bahasa yang mengutamakan keindahan bahasanya mempunyai segi positif dan
negatif. Kebanyakan syair hanya menyebutkan kata-kata yang tidak bermakna, seperti
lagu-lagu jaman sekarang. Akan tetapi, beberapa syair dalam lagu mengandung
makna positif jika kita tahu bagaimana cara atau bagaimana ilmunya memaknai isi
syair tersebut. Disebutkan bahwa Al Quran itu tidak berbentuk syair dan Nabi
Muhammad itu bukan penyair.
Oleh karena itu, pelajaran yang
dapat kita ambil dari hadits ini adalah kita harus berhati-hati ketika
mendengarkan kata-kata orang lain. Jangan mudah percaya dengan omongan yang
sekiranya terlihat indah dari luarnya. Namun, cobalah resapi kembali makna yang
terkandung dalam kata-kata yang diucapkan. Apakah sesuai dengan ajaran yang
kita anut atau tidak. Jika kita dapat memilah-milah mana yang benar dan mana
yang salah, maka kita tidak akan mudah terbujuk oleh rayuan orang lain.
Wallaahu a’lam bis showaab. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar