Selasa, 19 Mei 2015

Golongan Pertama Penghuni Surga dan Keutamaan Mendamaikan Perselisihan



RANGKUMAN HADITS NO. 386 & 387
(مختار الأحاديث النبوية)

Dipresentasikan pada hari Ahad, 19 April 2015

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 386
Oleh: Laili Usria

Terjemah Hadits:
“Golongan pertama yang masuk surga, rupa mereka bagai bulan saat purnama. Dan rombongan berikutnya yang mengiringi mereka, bagai bintang yang sangat terang cahayanya di langit. Yaitu hati mereka yang (seperti laki-laki) tidak pernah saling berselisih satu sama lain, tidak pernah saling membenci dan berperilaku hasut (hasad/dengki).”
 (HR. As-Syaykhoon dari Abu Hurairah)

Penjelasan Hadits:
            Hadist riwayat Abu Hurairah di atas menerangkan tentang gambaran rombongan orang yang pertama kali masuk surga. Mereka digambarkan dengan rupa atau wajah seperti bulan saat  purnama, sedangkan rombongan berikutnya yang mengikuti mereka memilki wajah seperti bintang yang sangat terang cahayanya dilangit. Mereka yang memiliki rupa sedemikian rupa adalah mereka yang bersih hatinya, tidak pernah melakukan perselisihan, permusuhan maupun perbuatan hasut. Karena ketiga sifat tersebut adalah perbuatan yang dapat mencederai hubungan dengan sesama.
            Allah sangat membenci orang-orang yang memutuskan hubungan persaudaraan. Oleh sebab itu, Allah akan memberi balasan kepada siapa saja yang menjaga hubungan persaudaraan. 
            Sedangkan makna dari rombongan ( zumroh ) memiliki pengertian bahwa ketika hari kiamat, orang-orang akan masuk bersama dengan rombongan, bukan secara individu. Misalnya, orang yang ahli shodaqoh akan berkumpul dengan orang-orang yang ahli shodaqoh,  orang yang ahli Qur’an akan berkumpul dengan orang-orang ahli Qur’an, begitu seterusnya.
            Hadist di atas merupakan bentuk kalam khobar (Kabar) dan kalam amar (Perintah), dimana dalam hadis tersebut memberi sebuah kabar bahwa di hari kiamat kita akan dikumpulkan secara kelompok. Sedangkan kalam perintah yang dimaksudkan disini adalah kita diperintahkan untuk menjaga hubungan persaudaraan dan menghindari perbuatan yang dapat merusak hubungan persaudaraan. Seperti telah disebutkan dalam hadis yaitu perbuatan selisih, bermusuhan, dan hasut.
           
Hadits No. 387
Oleh: Lathifatun Nafisah

Terjemah Hadits:
Maukah kalian ku beritahu suatu perkara yang lebih utama daripada derajat puasa, sholat, dan shodaqoh? Jawab mereka” iya”. Bersabda Nabi, Damaikanlah antara 2 kubu yang saling berselisihan. Sesungguhnya kerusakan (karakter) perselisihan adalah membinasakan.
(HR al-Mundziri)

Penjelasan Hadits:
Maksud dari hadist di atas yaitu wajib bagi kita untuk mendamaikan suatu perselisihan, karena mendamaikan perselisihan derajatnya lebih tinggi daripada shalat, zakat dan shadaqah, yang lebih bersifat pribadi. Sikap mendamaikan pun bersifat sosial, dimana itu adalah ajaran dasar bagi umat muslim.
Di dalam ayat al-Qur’an juga dijelaskan:
“Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab damaikanlah (perbaikan hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
 (QS Al-Hujurat : 10)
Maksud dari ayat di atas adalah bahwa sejatinya kita sebagai umat yang beriman adalah saudara dan harus saling menyayangi, saling mengikat. Jika ada perselisihan di antara saudara kita, maka tali persaudaraan akan rapuh dan hal itu biasanya dikarenakan kesalahpahaman. Jika seperti itu kita harus menengahi atau mendamaikan perselisihan itu supaya bisa reda atau tidak berselisih lagi. Selama perselisihan masih bisa dibicarakan dengan baik maka damaikanlah orang yang berselisih itu, jika memang sudah tidak bisa mendamaikan/ perselisihan tetap terjadi serahkan pada Allah. Karena yang terpenting sudah berusaha, selebihnya serahkan kepada Allah SWT.

Wallaahu a’lam bis showaab. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar