Selasa, 19 Mei 2015

Perkara yang Memasukkan ke dalam Surga, Keutamaan Diam, Do'a Saat Mendapat Bencana, dan Menahan Diri dari Amarah



RANGKUMAN HADITS NO. 388, 389, 390 & 391
(مختار الأحاديث النبوية)

Dipresentasikan pada hari Ahad, 3 Mei 2015

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 388

Terjemah:
“Maukah kamu aku beri kabar tentang perkara yang bisa memasukkanmu ke surga? Yaitu perang dengan pedang, memuliakan tamu, perhatian dengan waktu sholat, menyempurnakan kesucian di malam yang dingin, dan memberi makanan yang disukai.”
(HR. Ibnu ‘Asaakir)

Penjelasan Hadits:
Hadits di atas yaitu menjelaskan tentang perkara yang bisa menjadikan seseorang masuk ke dalam surga. Yang pertama yaitu perang dengan pedang, bisa diartikan sebagai sesuatu yang bisa mempertaruhkan jiwa dan raga. Tentunya untuk hal kebaikan atau membela kebenaran (haq) dan memerangi kebathilan.
Kedua yaitu memuliakan tamu. Wajib bagi seorang muslim untuk memuliakan (salah satunya) dengan menjamu tamunya selama tiga hari, setelah itu maka dihitung sedekah.
Ketiga yaitu perhatian dengan waktu sholat. Artinya, ketika masuk waktu sholat maka ketika sempat, langsung mendirikannya, tidak menunda-nunda hingga akhir waktu. Di dalam ayat Qur’an yang menjelaskan tentang sholat ada ayat yang menggunakan kata ‘an, ‘alaa dan fii. Penggunaan kata ‘an dan ‘alaa yaitu di luar sholat, bukan dalam pelaksanaan sholat berlangsung. ‘An yaitu menunjukkan waktu sholat (alladziina hum ‘an sholaatihim saa huun, QS. Al-Ma’un) dan ‘alaa, yaitu bahwa sholat wajib harus dilakukan lima kali sehari (shubuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya), tidak boleh kurang. Sedangkan penggunaan kata fii yaitu menunjukkan ketika sholat (di dalam sholat), bahwa ketika melakukan sholat harus khusyu’, tidak memikirkan hal lain khususnya perkara duniawi.
Keempat yaitu menyempurnakan kesucian (wudlu)nya di malam yang dingin. Derajat celcius atau tingkat kedinginan di Indonesia tentunya berbeda dengan di Arab sana. Menurut suatu cerita, bahwa dinginnya Arab sampai menembus atau terasa sampai ke tulang. Konteks hadits di atas dengan melihat letak geografis negara Arab dan suhunya saat di malam hari menjadi patokan, bahwa sedingin apapun di malam hari tetap harus menyempurnakan kesucian, dalam hal ini yaitu berwudlu.
Kelima yaitu memberi makanan yang disukai. Memberi makanan yang tidak kita sukai, atau hampir mendekati kadaluarsa kepada orang lain adalah hal yang biasa. Namun memberi makanan yang kita sukai kepada orang lain tentunya suatu hal yang luar biasa karena bisa mengalahkan hawa nafsunya.    

Hadits No. 389

Penjelasan Hadits:
1.      Diam bisa diartikan yaitu mencegah untuk berbicara yang buruk/menyakiti. Dengan mengikuti teladan yaitu Nabi Muhammad SAW.
2.      Diam itu baik, namun kalau berbicara lebih baik, maka berbicaralah. Diam disaat kamu harus berbicara itu salah, sebaliknya berbicara di saat kamu harusnya diam pun salah. Contohnya yaitu ketika seseorang sedang berbicara, maka dalam posisi seperti itu dia (lawan bicara) harus diam, mendengarkannya sampai selesai.
3.      Terdapat sebuah kalimat hikmah yang mengatakan bahwa, “Janganlah berbicara terhadap sesuatu yang tidak kamu ketahui, tetapi ketahuilah setiap (semua) apa yang akan kamu katakan/bicarakan.” Mengingatkan kepada kita untuk berfikir sebelum berbicara dan mengetahui efek, akibat, maupun resiko yang harus di terima saat perkataan tersebut diucapkan kepada orang lain.
4.      Sebaik-baik perkataan/kalimat yaitu perkataan yang jujur oleh si pembicara, dan si pendengar bisa mengambil manfaat.
5.      Akibat dari husnul khuluq yaitu tidak mempunyai musuh dan tidak terbebani. Sedangkan suul khuluq sebaliknya, pasti mempunyai musuh dan terbebani.

Hadits No. 390

Penjelasan Hadits:
            Do’a yang apabila ada sesuatu yang mengenai seseorang baik berupa bencana/bala’, maka Allah akan membebaskannya yaitu do’a yang dibaca oleh Nabi Yunus saat berada di perut ikan. Yang berbunyi, “Laaailaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadhdhoolimiin.”
Karbun yaitu bencana yang tidak enak, menyakitkan, menderita. Sedangkan balaa’un yaitu ujian yang bisa berupa enak atau tidak enak, baik atau buruk.
Do’a tersebut hendaknya dibaca seorang suami saat istrinya akan melahirkan. Menunjukkan kepasrahan diri total kepada Allah SWT, seorang makhluk/hamba kepada sang Khaliq, Tuhan.
Ujian duniawi seperti sakit yang mendera fisik/tubuh seseorang merupakan ujian yang sederhana. Sedangkan ujian ukhrawi yaitu ujian agama adalah ujian terberat. Contohnya yaitu saat seseorang sudah mengerti hal itu adalah dilarang tetapi tetap dilakukan, maka termasuk dalam ujian agama yang berat. 

Hadits No. 391

Penjelasan Hadits:
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang paling kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat atau bertarung, tetapi ia yang bisa menahan diri dari amarahnya ketika ia harusnya marah. Sudah sangat jelas bahwa kekuatan fisik bukanlah kadar seseorang untuk bisa dikatakan sebagai seorang yang kuat. Namun kemampuan diri dalam megendalikan emosi di saat amarahlah yang bisa membuat seseorang mendapat predikat ‘orang yang kuat.’

Wallaahu a’lam bis showab. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar