RANGKUMAN HADITS NO. 379, 380 & 381
(مختار
الأحاديث النبوية)
Dipresentasikan pada hari
Ahad, 5 April 2015
بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 379
Oleh: Nur Faizah
Terjemah Hadits:
“Ciri ahli surga adalah seseorang yang
kedua telinganya dipenuhi pujian kebaikan oleh Allah SWT dan sebaliknya ciri
ahli neraka adalah seseorang yang kedua telinganya dipenuhi pujian keburukan
oleh Allah SWT.”
(HR. Ibnu Majjah dari Ibnu Abbas)
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menerangkan tentang salah satu kenikmatan
yang diberikan Allah kepada orang-orang ahli surga yaitu Allah akan memenuhi kedua
telinganya atau pendengarannya dengan pujian yang bagus dari manusia sedangkan
Allah juga memberikan balasan bagian ahli neraka dengan memenuhi kedua telinganya
dengan pujian yang buruk.
Bisa kita
bayangkan betapa mulianya orang-orang ahli surga, di duniapun sudah terasa nikmatnya
apalagi di akhirat. Begitu pula sebaliknya, balasan bagi orang-orang ahli neraka.
Hadits ini memberikan kita pelajaran betapa pentingnya untuk meraih surga
Allah. Tetapi harus dengan usaha yang telah dianjurkan oleh Allah.
Tambahan:
1. Ciri penghuni surga adalah orang yang berbuat kebaikan di dunia.
2. Perbuatan baik yang dimaksud juga termasuk dengan menghilangkan perbuatan
buruk.
Hadits No. 380
Oleh: Naili Lailiyyah
Terjemah Hadits:
“Masalah pertama yang akan di putuskan
antara manusia pada hari kiamat ialah masalah darah.“
(HR. As-Syaykhoon)
Penjelasan Hadits:
Hadist ini menjelaskan pada kita tentang perkara yang
paling utama di adili pada hari kiamat yaitu perkara darah. Maksud darah di
sini yaitu perbuatan membunuh manusia. Agama islam memperhatikan betul
bagaimana menghargai sesama mahluk hidup untuk saling menghargai sesama atau
dengan istilah lain terdapat hak bagi setiap manusia yaitu Hak Azasi Manusia
(HAM). Salah satu bagian dari HAM sendiri yaitu hak untuk melangsungkan
kehidupan. Karena itu manusia tidak diperbolehkan untuk saling membunuh tanpa
alasan. Dalam QS. Al-Maidah:32 menunjukkan pada kita tentang keistimewaan
menjaga kehidupan manusia. Diibaratkan seseorang yang membunuh satu orang yang
tidak bersalah sama halnya orang tersebut membunuh seluruh umat manusia,
begitupun sebaliknya apabila seseorang menjaga satu kehidupan manusia maka
seakan-akan dia menjaga seluruh kehidupan manusia.
Pelajaran yang kita ambil dari hadist ini yaitu tentang
sikap saling menghargai, tidak gegabah dalam melakukan segala sesuatu terutama
membunuh, sebelum ada bukti nyata yang membolehkan dia untuk melakukan
pembunuhan.
Tambahan:
1. Hadits ini menegaskan bahwa perkara yang diadili pertama kali di hari
kiamat kelak adalah masalah darah (pembunuhan).
2. Mengapa masalah darah? Karena darah terkait dengan menyakiti dan menyiksa,
yaitu hal-hal yang dapat berujung pada pembunuhan.
3. Terdapat hadits lain juga yang menjelaskan bahwa perkara yang diadili
pertama kali di hari kiamat adalah terkait hak anak adam, juga masalah sholat.
4. Berbedanya fokus atau inti hadits menjadi penegasan bahwa ketiga hal
tersebut (terkait darah/pembunuhan, hak anak adam maupun perkara sholat) adalah
hal yang sangat penting dan tidak seharusnya diabaikan bagi setiap hamba yang
beriman.
Hadits No. 381
Oleh: Nafiatur Rasyidah
Terjemah Hadits:
“Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim AS,
Wahai kekasihku, perbaguslah budi pekertimu, meskipun kepada orang-orang kafir,
maka engkau akan memasuki pintu-pintu kebaikan. Sesungguhnya kalimatku telah
aku tetapkan bagi orang-orang yang memiliki budi pekerti baik, yaitu aku akan
menaunginya di bawah Arsy-Ku, menempatkannya di surga-Ku, dan mendekatkannya di
sisi-Ku”
(HR. Al-Hakiim dari Abu Hurairah)
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik yang
tidak terbatas hanya kepada sesama muslim. Jangan pernah khawatir akan tidak
adanya pahala atau kesia-siaan berbuat baik pada orang non muslim. Dalam hadits
ini Allah menjamin tiga hal atas orang yang membaguskan akhlaknya (berbuat
ihsan). Tiga hal tersebut antara lain:
1.
Menaunginya di bawah Arsy Allah
2.
Menempatkannya di surga
3.
Mendekatkan posisinya di sisi Allah
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-A’raf : 56,
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat di atas juga merupakan jaminan Allah akan kebaikan
yang pasti akan diperoleh bagi orang yang mau berbuat baik kepada siapa saja.
Penjelasan sejenis juga terdapat dalam firman Allah SWT QS. Al-Mumtahanah :
8-9,
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil. “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai
kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dholim.”
Dari ayat di atas telah jelas diperintahkan agar kita
senantiasa berbuat baik bahkan terhadap orang kafir yang tidak mengganggu
kelangsungan ibadah kita kepada Allah. Kita hanya dizinkan untuk memerangi
orang yang lebih dahulu memerangi kita atau menghalangi kita dalam beragama.
Ada satu contoh peristiwa perbuatan baik seorang tokoh
ternama di negeri ini, yakni Gus Dur terhadap seorang bernama Hermawi Taslim.
Ia adalah seorang non-muslim dari Nias yang notebene telah menjadi orang
terdekat beliau selama tak kurang 10 tahun. Waktu itu Gus Dur sedang melakukan
dinas ke NTT, untuk urusan PKB. Ketika Gus Dur bertemu Hermawi Taslim, beliau
bertanya : “Kamu orang apa? jawab: “Saya orang Nias.” Kemudian ia diajak
bergabung oleh Gus Dur. Ia tidak pernah penyangkan seorang tokoh NU dapat
membuka lebar pintu kerjasama baginya. Gus Dur berkata : “ Tidak penting apapun
agama atau sukumu, kalau kamu bisa berbuat baik, orang tidak pernah tanya apa
agamamu.” Kemudian Hermawi mengatakan: “Saya sangat terkesan dengan keterbukaan
beliau yang tidak membeda-bedakan.”
Tambahan:
1. Meralat penjelasan hadits di atas, bahwa konteks hadits itu adalah untuk
Nabi Ibrahim yang notabene keimanannya sudah sangat tinggi, juga sebagai Abul
Adyan (Bapak dari Agama-agama). Beliau diperintahkan untuk memperbagus
akhlak dan berbuat baik termasuk kepada orang-orang kafir. Namun tingkat
kebaikan yang harus ditunjukkan kepada orang kafir cukup sampai tingkat birrun
saja tidak perlu sampai tingkat ihsan, itu sudah lebih dari cukup.
2. Kemudian cerita tentang Hermawi Taslim, yaitu pesan gus Dur yang berkata, “Kalau
kamu bisa berbuat baik, orang tidak akan tanya apa agamamu”, itu konteksnya
terbatas hanya bagi Gus Dur dan Hermawi Taslim sebagai media dakwah. Jangan
sampai diberlakukan umum kepada orang umum bahwa tidak penting apa agamamu,
karena bisa berbahaya bila tidak mengerti maksud sesungguhnya.
3. Ma’ruf, yaitu kebaikan yang sesuai dengan aturan. Baik menurut syariat,
adat/kebiasaan dan akal. Kebalikan dari munkar, ada hukuman jika
melanggar.
4. Birrun, yaitu lebih dari ma’ruf, lebih umum dan lebih luas.
5. Ihsan, yaitu tingkatan paling tinggi. Memberi dengan yang terbaik, tidak mengharap
balasan.
Wallaahu a’lam bis showaab. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar