Selasa, 21 April 2015

Peringatan terhadap Orang yang Dholim, Masjid Pertama, dan Wasiat untuk Umat Nabi Muhammad SAW



RANGKUMAN HADITS NO. 382, 383 & 384
(مختار الأحاديث النبوية)

Dipresentasikan pada hari Ahad, 12 April 2015

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 382
Oleh: Lu’luatun Latifah

Hadits dan Terjemah:
أَوْحَى اللَّهُ تعا لى إلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلامُ : أَنْ قُلْ لِلظَّلَمَةِ : لَا يَذْكُرُونِي , فَإِنَّي أَذْكُرَ مَنْ يذَكَرَنِي , وَإِنَّ ذِكْرِي إيَّاهُمْ أَنْ أَلْعَنَهُمْ (رواه ابن عسا كر عن ابن عباس)
Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS: Agar berkata kepada orang-orang yang dzalim, Janganlah mereka semua mengingatku. Maka sesungguhnya aku mengingat kepada siapa yang mengingatku. Dan ingatanku kepada mereka adalah laknatku kepada mereka.
(HR. Ibnu ‘Asaakir dari Ibnu Abbas)

Penjelasan Hadits:
Kata zalim atau zalimun berulang-ulang disebutkan dalam Al-Quran dengan berbagai pengertian, yang hakekatnya adalah sikap atau tindakan dari orang-orang yang tetap menolak dan memusuhi kebenaran ajaran Allah SWT meskipun telah diberi penjelasan-penjelasan dengan cara yang baik.
Zalimun atau zalimin artinya adalah orang yang aniaya (termasuk terhadap diri sendiri). Orang zalim adalah orang yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Orang yang menghukum tidak berdasarkan hukum yang adil. Orang yang bertindak tidak sesuai dengan permainan yang telah dibuat atau diundangkan. Orang yang melanggar hak-hak asasi Tuhan dan juga melanggar hak-hak asasi manusia.
Orang yang zalim adalah orang yang melanggar perintah Allah SWT, berbuat apa yang bertentangan dengan hati nurani yang suci, berbuat kejam, tidak syukur ni’mat, menyia-nyiakan amanat, mengkhianati janji, berbuat menang sendiri, korupsi, penyalahgunaan jabatan, berbuat zina, menyekutukan Allah SWT. Semua itu termasuk perbuatan zalim. Intinya segala perbuatan yang menerjang nilai-nilai agama dan nilai-nilai kemanusiaan disebut perbuatan zalim.
Hadits ini sedikitnya menjelaskan kepada kita akan kemurkaan Allah terhadap orang-orang yang dzalim yang sudah sangat melampaui batas. Seperti dicontohkan dalam hadits ini, yaitu pada masa Nabi Daud.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 79-81, Allah berfirman:
Orang-orang yang kafir dari kalangan Bani Israil telah dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak pernah saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan. Kamu melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka lakukan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah dan mereka akan kekal dalam Azab.”
Adapun hukuman Allah yang ditimpakan kepada mereka adalah dengan cara, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.  Dalam hadits ini terdapat kalimat “Janganlah mereka semua mengingatku” mungkin kalimat ini menandakan bahwa Allah SWT sudah tidak peduli lagi terhadap Bani Israil, sehingga kejahatan merajalela diamana-mana, tidak ada yang saling menegur dan menasehati satu sama lain, mereka tidak peduli dengan kedzaliman yang mereka lakukan.
Adapun cara Allah meningatkan orang-orang dzalim yang pertama adalah dengan mengingatkanya, kedua diberinya hukuman dan yang ketiga adalah dengan cara mendiamkannya. Jadi hukuman paling besar adalah ketika Allah mendiamkannya.
Kemudian terdapat pula kalimat Dan adapun ingatanku kepada mereka adalah laknatku kepada mereka”. Dalam artian adapun ketika kelak Allah mengingat mereka yaitu Allah akan memberikan laknat, azab atau hukuman kepada mereka. Na’uudzubillaah…
Dapat kita contohkan, misalnya ada seorang guru yang mempunyai dua murid yang bernama A dan B, kemudian sang Guru berkata kepada muridnya yang bernama A, “Wahai A, katakan kepada si B, tak usahlah ia mengingatku adapun nanti aku mengingatnya adalah aku akan memberikan hukuman kepadanya atas semua keburukan yang telah ia lakukan selama ini.”
Dari sedikit uraian tentang zhalim tersebut, kita sedikit tahu diantaranya perbuatan zhalim adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT yang ditegaskan dalam ayat-ayat Al-Quran. Dalam beberapa bagi penafsiran yang ada pada ayat-ayat tersebut, dijelaskan bahwa Allah memerintah untuk membalas kepada orang yang menzhalimi, namun di bagian lain Allah juga memerintah untuk memaafkan pelaku zhalim tersebut.
Zhalim pun dalam perkembangannya mempunyai peringkat-peringkat. Dimulai dengan peringkat yang paling tinggi adalah zhalim terhadap Allah SWT sampai zhalim yang kecil adalah zhalim terhadap perasaan diri sendiri. Di dalam Al-quran sendiri terdapat berbagai macam ayat yang membahas tentang zhalim. Dari penafsiran ayat-ayat tersebut juga dijelaskan bahwa berbagai macam keterangan dari perbuatan zhalim baik terhadap kehidupan dia di dunia maupun di akhirat kelak. Perbuatan zhalim adalah perbuatan yang tercela, yang dilarang oleh Allah.
Setelah dijelaskan panjang lebar tentang kedzaliman dan kalimat “Janganlah mereka semua mengingatku” kemudian Allah berkata Maka sesungguhnya aku mengingat kepada siapa yang mengingatku”. Seperti yang dapat dalam surat Al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi: “Maka ingatlah kepadaku, aku pun akan ingat kepadamu”. Allah akan memberikan limpahan rahmat dan ampunan kepada mereka yang senantiasa berdzikir mengingat Allah SWT. Jadi cara Allah mengingat kita adalah dengan memberikan limpahan rahmat yang berupa kemudahan, ketenangan hati dan lain sebagainya dan juga memberikan ampunanNya kepada mereka yang senantiasa berdzikir.
Dari hadits ini terdapat hikmah yang dapat kita ambil dan amalkan dalam kehidupan kita diantaranya adalah:
1.      Dapat dijadikan suatu renungan bagi kita, bahwa ketika kita dimudahkan dalam berbuat keburukan atau maksiat bukan berarti itu kemudahan yang datang dari Allah atau Allah sedang melindungi kita, melainkan merupakan tanda bahwasanya Allah sudah tidak peduli lagi dengan kita dan tidak sayang kepada kita.
2.      Bersyukurlah ketika kita selalu mendapatkan teguran atas semua keburukan atau kesalahan sekecil apapun yang kita lakukan. Karena hakikatnya orang yang datang kepada kita untuk menegur kesalahan kita merupakan tanda atau bukti bahwasanya Allah masih peduli dan sayang terhadap kita. Karena Allah lah yang menggerakan hati mereka untuk datang menegur kita.    

Tambahan:
1.      Hadits ini termasuk hadits qudsi, yaitu wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad namun redaksinya dari Nabi Muhammad.
2.      Kata kunci dari hadits ini yaitu melarang berlaku dholim/aniaya kepada siapa saja.
3.      Allah mengancam, bahwa Ia tidak akan menerima do’a orang yang dholim sebelum mereka bertaubat (meminta halal, kerelaan) atas perbuatan dholimnya kepada orang lain. Perbuatan dholim/aniaya yang dimaksud yaitu tidak memberi hak dan mengambil yang bukan haknya.
4.      Menjadi peringatan akan besarnya dosa orang dholim.
5.      Mengharuskan kita dalam menjalani hidup ini dengan hati-hati, yang dilakukan benar, dan tidak mengambil hak orang lain.
6.      Hak adam (kepada sesama manusia) tidak akan halal/lunas, sebelum meminta ridlo kepada yang bersangkutan.
7.      La’nat, yaitu dijauhkan dari rahmat Allah SWT.

Hadits No. 383
Terjemah Hadits:
“Masjid yang pertama kali di bumi yaitu Masjidil Haram kemudian Masjidil Aqsha.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Dzar)

Penjelasan Hadits:
Hadits di atas diperkuat dengan firman Allah pada QS. Ali Imran ayat 96 yang artinya,
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
Hadits ini sudah sangat jelas dan menepis anggapan kaum Yahudi bahwa masjid pertama adalah Masjidil Aqsha.

Hadits No. 381
Oleh: Marfu’ah Santi Vauziah

Hadits dan Terjemah:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَى ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ هَذَا حَدَّثَنَا بِذَلِكَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ وَالْعِرْبَاضُ بْنُ سَارِيَةَ يُكْنَى أَبَا نَجِيحٍ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ حُجْرِ بْنِ حُجْرٍ عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ
“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami Baqiyyah bin al Walid dari Bahir bin Sa'd dari Khalid bin Ma'dan dari Abdurrahman bin Amru as Sulami dari al 'Irbadh bin Sariyah dia berkata; suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi wejangan kepada kami setelah shalat subuh wejangan yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka seorang sahabat berkata; 'seakan-akan ini merupakan wejangan perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami ya Rasulullah? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta'at meskipun terhadap seorang budak habasyi, sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham." Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih, Tsaur bin Yazid telah meriwayatkannya dari Khalid bin Ma'dan dari Abdurrahman bin 'Amru as sulami dari Al 'Irbadh bin Sariyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seperti hadits diatas ini. Dan telah menceritakan kepada kami seperti itu Al Hasan bin Ali al Khallal dan tidak tidak hanya satu orang saja, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Tsaur bin Yazid dari Khalid bin Ma'dan dari Abdurrahman bin 'Amru as sulami dari Al 'Irbadh bin Sariyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seperti hadits diatas. Dan Al 'Irbadh bin Sariyah mempunyai kunyah Abu Najih. Dan telah diriwayatkan hadits ini dari Hujr bin Hujr dari 'Irbadh bin Sariyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits diatas.
(H.R. Imam Tirmidzi) no. 2600

Penjelasan Hadits:
            Rasulullah SAW mewasiatkan kepada kita sebagai umatnya untuk tetap istiqamah dalam melaksanakan keempat wasiat rasul di antaranya:
1.      Senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT
Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan dengan penuh keikhlasan. Karena dengan bertaqwa kepada Allah kita akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.  Sebagaimana firman Allah Q.S. an-Nisa 131 : 

“Milik Allah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), Sesungguhnya hanya milik Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”.
Taqwa artinya menghindar, orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang menghindar dengan tiga tingkat penghindaran.
a.       Menghindar dari kekufuran dengan jalan beriman kepada Allah
b.      Berupaya melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sepanjang kemampuan yang dimiliki
c.       Menghindar dari segala aktivitas yang menjauhkan pikiran dari Allah
Taqwa di atas sebagai penamaan bagi setiap orang yang beriman dan mengamalkan amal saleh. Siapa yang mengerjakan sebagian darinya, ia telah menyandang ketakwaan. Seseorang yang mencapai puncak ketaatan adalah orang yang bertaqwa, akan tetapi yang belum mencapai puncaknya pun juga dapat dinamai orang bertaqwa. Karena, “Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (Q.S. al-Baqarah 197).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa taqwa merupakan upaya menghindari siksa Allah. Baik duniawi, akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah yang berlaku pada alam, maupun ukhrawi, akibat pelanggaran hukum-hukum Allah yang ditetapkan-Nya dalam syariat.
2.      Senantiasa mendengar dan taat
Yang dimaksud ialah mendengar dan taat pada pemimpin kaum muslimin, karena ketaatan tersebut akan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan ketaatan tersebut tetap berlaku walaupun yang memimpin seorang budak sekalipun. Sebagaimana firman Allah pada QS. an-Nisa : 59
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Ayat diatas memerintahkan kaum mukminin agar mentaati putusan hukum dari siapa pun yang berwenang menetapkan hukum. Secara berurutan dinyatakan-Nya, agar orang-orang yang beriman taat kepada Allah, dalam segala perintah yang tercantum dalam al-Qur’an, dan taatilah Rasul-Nya yakni Nabi Muhammad SAW dalam segala macam perintahnya, baik perintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, sebagaimana tercantum dalam sunahnya. Dan perkenankan juga Ulil amri yakni yang berwenang menangani urusan-urusan kamu, selama mereka merupakan bagian di antara kamu wahai oran-orang mukmin dan selama perintahnya tidak bertentangan dengan perintah Allah dan rasul-Nya.
3.      Senantiasa berpegang teguh pada sunah Nabi dan Khulafaur rasyidin
Sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, hendaknya ia berpegang teguh kepada sunah nabi dan ijtihad para khulafaur rasyidin.
4.      Senantiasa berhati-hati terhadap bid’ah
Menurut perkataan Imam Syafi’i :
“Bid’ah ada dua : bid’ah hasanah dan bid’ah dholalah, semua yang sesuai dengan sunnah maka itu terpuji dan semua yang menyelisihi/bertentangan dengan sunnah maka itu tercela.

Tambahan:
1.      Hadits ini termasuk dalam hadits yang terdapat pada kitab Arba’in Nawawiyah, yaitu hadits ke-28 yang berisi/menjelaskan tentang Wasiat.
2.      Hadits ini sangat penting karena disampaikan saat Nabi Muhammad SAW melaksanakan haji wada (terakhir).
3.      Hadits wasiat (ungkapan agama), yang dijalankan sebagaimna yang diwasiatkan. Berisi:
a.       Taqwa kepada Allah, yaitu melaksanakan perintahNya dan menjauhi/menghindari laranganNya.
b.      Sam’an wa thoo’atan, yaitu mendengar (paham, mengerti. Maknanya: belajar), mengikuti, manut terhadap perintah pemimpin.
4.      Pemimpin yang dimaksud yaitu suami, orang tua (bapak), pengasuh/guru, meskipun seperti budak. Budak yang dimaksud yaitu termasuk juga yang bukan dari umat/golonganmu.
5.      Kedua hal di atas (taqwa dan sam’an wa thoo’atan) adalah menjadi dua kunci kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena pemimpin itu membimbing/memimpin secara tekhnis dan ke arah yang benar.
6.      Ikhtilaaf, yaitu keanehan, ketidakmutuan, ketimpangan, penyelewengan.
7.      Sunnah, yaitu pedoman Nabi dan Khalifatur rasyidin. Rasyidin yaitu yang menunjukkan dan diberi petunjuk (oleh Allah).
8.      Memegang tali seperti digigit dengan gigi geraham merupakan ungkapan kiasan yang bisa diartikan dengan berpegang teguh kuat.
9.      Bid’ah, yaitu lawan dari sunnah. Bertentangan dengan sunnah.

Wallaahu a’lam bis showaab. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar