-Nafiatur Rasyidah -
تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ خِيَارُهُمْ فِي
الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا وَتَجِدُونَ خَيْرَ
النَّاسِ فِي هَذَا الشَّأْنِ أَشَدَّهُمْ لَهُ كَرَاهِيَةًقَبْلَ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ
وَتَجِدُونَ شَرَّ النَّاسِ فِيْ يَوْمِ الْقِيَامَةِ عِنْدَ اللهِ ذَا
الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ
Penjelasan:
Hadits di atas mengandung tiga pokok
pembahasan, antara lain:
1. Perumpamaan manusia seperti barang tambang dari segi sifat dan nilainya.
2. Orang yang paling baik dalam urusan kepemimpinan adalah ia yang tidak punya
ambisi terhadap jabatan (karena mengingat tanggung jawab yang begitu besar di
dalamnya)
3. Seburuk-buruk manusia di hari kiamat di mata Allah adalah orang yang
bermuka dua.
Adapun penjelasan pada setiap pion di atas
adalah sebagai berikut:
1. تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ خِيَارُهُمْ
فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا
Perumpamaan manusia seperti barang tambang dari segi
sifat dan nilainya
Dalam hadits ini terdapat analogi antara
manusia dengan barang tambang. Kata مَعَادِنَ dalam hadits tersebut merupakan bentuk jama’
dari مَعْدِنٌ (barang tambang) yaitu sesuatu yang
stabil atau tetap di dalam bumi. Artinya barang tambang memiliki suatu sifat
atau nilai yang tetap walaupun zaman sudah berganti atau bentuk barang tambang
itu telah berubah.
Maksud dari خِيَارُهُمْ
فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُواadalah bahwa ada sifat yang menetap atau tidak
berubah dari manusia walaupun zaman sudah berganti dan ia telah berubah dari
sebelum masuk islam menjadi masuk islam. Jadi antara logam dan manusia itu
memiliki sifat/nilai/potensi yang menetap dan tidak berubah walaupun bentuk dan
zaman telah berganti.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah contoh
analogi barang tambang dengan manusia.
Tembaga
Ø
Pada tahun 1000 sebelum masehi tembaga
digunakan sebagai peralatan pendukung kehidupan manusia pada zaman itu
seperti alat potong, dsb.
Ø
Pada zaman modern ini tembaga masih
digunakan sebagai peralatan pendukung kehidupan manusia, bahkan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan fugsinya semakin meluas, seperti dijadikan atap,
campuran kabel, dan konduktor
(nilai yang tetap adalah adanya potensi menjadi alat
pendukung kehidupan manusia)
|
Sahabat Umar bin Khattab
Ø
Pada zaman jahiliyah beliau terkenal dengan
sifatnya yang garang, keras, tegas, dan paling kuat melawan dakwah islam di
Makkah.
Ø
Semasa Islam sifat beliau tadi tidak
berubah, justru dengan adanya sifat tersebut beliau menjadi pembela islam
paling kuat dan ditakuti musuh
(sifat yang tetap adalah sifat garang,
tegas, keras, dan kuat)
|
Jadi kesimpulan dari pembahasan pertama ini
adalah:
ü
Di antara barang tambang dan manusia keduanya
sama-sama memiliki nilai, potensi, kehebatan diri, bakat yang tetap dan tidak
berubah meski terjadi perubahan bentuk maupun orientasi kehidupannya
ü
Hakikatnya, seseorang seseorang yang melakukan
transformasi dalam kehidupannya (misal: jahiliyyah menjadi islam) tidak akan
merubah nilai individu/potensi dirinya
ü
Nilai individu itu bahkan dapat semakin
mengukuhkan/mendorong kehidupan yang dipilihnya seiring dengan adanya kefahaman
terhadap kehidupan yang lebih baik (misal: sifat Sahabat Umar semakin mendorong
dakwah islam setelah ia memahami islam)
ü
Bahwa islam tidak pernah merubah potensi atau
karakter dari diri manusia, namun yang diubah/diarahkan adalah orientasi atau
akidah menuju yang lebih benar
ü
Yang menjadikan diferensiasi antar manusia
adalah kefahaman terhadap agama, semakin faham agama maka semakin terhormatlah
ia.
2. وَتَجِدُونَ خَيْرَ النَّاسِ فِي هَذَا
الشَّأْنِ أَشَدَّهُمْ لَهُ كَرَاهِيَةً
Orang yang paling baik dalam urusan kepemimpinan adalah
ia yang tidak punya ambisi terhadap jabatan (karena mengingat tanggung jawab
yang begitu besar di dalamnya)
Bahwa sebaik-baik manusia dalam urusan
kepemimpinan adalah ia yang sebelum memasuki urusan itu ia sangatlah
membencinya. Kebencian itu dikarenakan ia menyadari akan besarnya tanggung
jawab yang harus dipikul seorang pemimpin. Atau dengan kata lain ia tidak
memiliki ambisi untuk memperoleh suatu jabatan tertentu.
Kalimatقَبْلَ أَنْ يَقَعَ فِيْهِdalamkitab Fathul Baari dijelaskan dengan
kalimat أَيْ فَإِذَا وَقَعَ
فِيْهِ لَا يَجُوْزُ أَنْ يَكْرَهَهُ, artinya bahwa kebencian
itu hanya terbatas sebelum ia memasuki dunia kepemimpinan, sedangkan jika ia
telah terpilih menjadi pemimpin, ia tidak boleh lagi membencinya serta harus
melaksanakan amanah itu dengan sungguh-sungguh. Intinya adalah bahwa jabatan
itu bukanlah sesuatu yang dicari apalagi diminta, namun ketika seseorang
dicalonkan atau ditunjuk untuk memegang jabatan tertentu karena ia dinilai
mampu dan dipercaya oleh masyarakat maka ia tidak boleh menolak dan harus
melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian pesan dari hadits ini
adalah jangan sekali-kali mencalonkan diri menjadi pemimpin kecuali jika
dicalonkan atau ditunjuk. Karena orang yang berani mengusung seseorang menjadi
pemimpin itu tandanya ia percaya bahwa orang tersebut mampu menjalankan jabatan
tersebut dan ia akan senantiasa bersedia membantu orang tersebut dalam
menjalankan kepemimpinannya.
Hadits di atas merupakan peringatan dari
Rasulullah SAW kepada sahabat Abdur Rahman bin Samurah agar ia tidak meminta
jabatan. Akan tetapi walaupun peringatan itu ditujukan kepada sahabat Abdur
Rahman bin Samurah namun peringatan itu juga berlaku untuk semua umat
Rasulullah SAW. Di antara alasan mengapa meminta jabatan itu dilarang adalah
karena adanya dampak negatif dari jabatan yang diraih dengan ambisi, yaitu:
-
Kemungkinan besar jabatan itu akan diraih
dengan cara yang tidak halal dan ketika diraih jabatan itu dapat disalahgunakan
-
Terbebani oleh jabatan itu sendiri
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitab
Fathul Baari, sesungguhnya para pemimpin yang hanya merasakan kenikmatan dan
kebahagiaan dari jabatannya serta tidak pernah mendapat kesusahan dan
kesulitan, maka semasa di dunia ia harus dipecat dari jabatannya hingga ia
merasakan kesulitan, atau ia akan mendapat siksaan yang lebih berat di akhirat
nanti.
3.
وَتَجِدُونَ
شَرَّ النَّاسِ فِيْ يَوْمِ الْقِيَامَةِ عِنْدَ اللهِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي
يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ
Seburuk-buruk manusia di hari kiamat di mata Allah adalah
orang yang bermuka dua.
Yang dimaksud “orang yang bermuka dua” dalam
hadits ini adalah kaum munafik. Ia tidak memiliki pendirian dan keteguhan dalam
imannya. Maka ketika ia bersama kaum muslimin, seolah-olah ia adalah bagian
dari mereka. Namun ketika ia bersama kaum kafir, bisa jadi ia lebih dahsyat
kekafirannya dibanding kaum kafir itu sendiri. Allah SWT pun mengancam kaum
munafik yaitu bahwa mereka akan dimasukkan ke dasar neraka terdalam,
sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. An-Nisa’:145
إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِي الدَّرْكِ الدَّرْكِ
الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا
145. Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka.
Orang-orang bermuka dua diancam dan dicap
sebagai salah satu kaum yang paling buruk di hari kiamat karena perilaku
buruknya yang membahayakan banyak pihak lain demi kepentingannya sendiri. Dalam
dunia politik contoh kasus orang bermuka dua adalah seperti makelar politik
sedangkan dalam dunia hiburan fenomena orang-orang bermuka dua adalah seperti
para artis yang memakai pakaian muslim hanya ketika musim puasa saja namun
kembali dengan gaya pakaian terbuka kembali ketika habis bulan Ramadhan.
Dinukil dari kitab Mukhtarul Ahadits
terimakasih infonya,,,
BalasHapusbagus artikelnya, thankz yaa
BalasHapus