RANGKUMAN HADITS NO. 369 & 370
(مختار
الأحاديث النبوية)
Dipresentasikan pada hari
Ahad, 11 Januari 2015
بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 369
Oleh : Riska Nurul Faizah Utami
Hadits dan Terjemah:
انَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا
أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ...
“Sesungguhnya hak Allah adalah mengambil
sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yang di sisi-Nya dibatasi dengan
ajal yang ditentu-kan.”
(
HR. Al-Bukhari 2/80; Muslim 2/636)
Penjelasan Hadits:
Hadits tersebut
secara lengkap terdapat pada kitab Shohih Bukhori No. 6289 yang isinya sebagai
berikut:
حَدَّثَنَا
أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ
عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ يَدْعُوهُ إِلَى ابْنِهَا فِي الْمَوْتِ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ إِلَيْهَا
فَأَخْبِرْهَا أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ
عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ فَأَعَادَتْ
الرَّسُولَ أَنَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْتِيَنَّهَا فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ
جَبَلٍ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَيْهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنٍّ
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا قَالَ
هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ
اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Zaid dari 'Ashim Al ahwal dari Abu Utsman an Nahdi dari Usamah
bin Zaid berkata, "Kami di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lantas
utusan salah seorang di antara kedua puteri beliau memanggilnya karena anak
laki-lakinya diambang kematian. Lantas Nabi bersabda kepada sang utusan:
"Pulanglah engkau ke rumah anak puteriku, dan beritahukanlah kepadanya
bahwa segala milik Allah-lah yang diambil-Nya dan apa yang diberikan-Nya, dan
segala sesuatu di sisi-Nya telah ada ketentuan yang ditetapkan. Suruhlah dia
untuk bersabar dan mengharap-harap pahala." Anak puteri beliau
kembali mengutus utusannya disertai sumpah yang isinya, 'Anda harus
mendatanginya.' Kontan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri bersama Sa'd
bin Ubadah dan Muadz bin Jabal, lalu anak kecil dari puteri beliau diserahkan
beliau sedang nyawanya sudah tersengal-sengal seolah-olah sudah di penghujung
(sisa-sia) hayatnya. Kedua mata Nabi terus berlinang, maka Sa'd bertanya,
'Wahai Rasulullah, mengapa mata anda menangis? ' Nabi menjawab: "Inilah
rahmat yang Allah letakkan dalam hati hamba-Nya, bahwasanya Allah menyayangi
hamba-Nya yang penyayang."
(KITAB BUKHARI HADIST NO
– 6829)
Dari hadits
tersebut dapat dipahami bahwasannya segala sesuatu adalah milik Allah, sehingga
Allah berhak mengambil ataupun memberikan apa apa yang Ia miliki. Segala
sesuatu di sisi Allah dibatasi dengan ajal atau masa yang telah ditentukan olehNya.
Misalnya, Allah memberikan si A rizki
yang melimpah pada tahun ini, kemudian
memberikan sedikit rizki pada tahun berikutnya. Hal ini tentu saja hak Allah
SWT untuk melakukan dan menentukan kapan saja waktunya. Sehingga kita sebagai
hamba Allah hendaknya senantiasa ikhlas menerima apa apa yang Ia ambil dan
berikan kepada kita, karena pada hakikatnya segala sesuatu hanyalah milikNya dan akan kembali kepadaNya. Sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 156, yang artinya: “Sesungguhnya kami milik
Allah dan kepadaNyalah kami kembali.”
Contoh lain
adalah batasan umur manusia. Manusia tidak akan pernah tahu kapan ajalnya tiba,
manusia juga tidak dapat memajukan ataupun mengakhirkan datangnya ajal
tersebut. Sebagaimana firman Allah:
ولكل أمة أجل
فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat
(pula) memajukannya”. (Q.S. Al-A’raf: 34).
Di dalam Mu’jam
kata ajal digunakan untuk menunjukkan batas kehidupan atau berlakunya sesuatu,
bisa itu berupa hutang ataupun hidup.
الأجل: المدة
المضروبة للشيء وأصله: استيفاء الأجل أي: مدة الحياة
Kata ajal
terulang 5 kali didalam Al Qur’an, yaitu pada surah Yunus : 49, al An’am : 2, Thaha : 129,
Fathir : 45, Mukmin : 67.
Dalam tafsir
al Wadhih dijelaskan bahwa tiap-tiap umat (bangsa) memiliki batas waktunya
sendiri sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Segala kehidupan di
alam nyata pasti memiliki batas waktu sendiri, dimana setiap makhluk diberi
pilihan dalam menjalani kehidupannya. Dalam surah al Ankabut ayat 57 Allah
menjelaskan :
كل نفس ذائقة
الموت ثم إلينا ترجعون
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”
Disini dijelaskan bahwa setiap makhluk yang memiliki jiwa, baik itu manusia
– jin – maupun tumbuhan dan makhluk lainnya pasti memiliki ajal (batas
kehidupan) mereka sendiri. Begitu juga umat manusia yang terlahir sebagai komunitas
kemudian mencapai kejayaan dan akhirnya lenyap ditelan masa. Setelah
kita mengetahui hadits tersebut, pelajaran yang dapat kita ambil adalah kita harus senantiasa menerima dengan ikhlas
segala sesuatu yang Allah berikan untuk kita dan ikhlas pula terhadap apa apa
yang Allah ambil, karena sungguh pada hakikatnya segala sesuatu hanyalah
milikNya. Tidak peduli kapanpun dan dimanapun, karena Allah telah menentukan
waktu atau masanya. Jika Allah memberi nikmat yang banyak, hendaknya kita
bersyukur dan tidak berbahagia dengan berlebihan. Sebaliknya, jika Allah memberi
ujian, hendaknya kita tetap sabar dan tidak terlalu larut dalam kesedihan. Allah
SWT berhak mengambil apa yang telah diberikan, karena semuanya adalah milikNya,
nyawa, rizki, harta dan sebagainya. Kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa,
walaupun sehelai bulu mata sekalipun, ia adalah milik Allah.
Allah SWT juga
berhak memberi sesuatu apabila tiba masanya. Maka bersabarlah dalam menanti
pemberian Allah SWT. Bersabarlah dan teruskan berusaha dan berdoa. Kesabaran
menanti itu pula akan diberikan pahala oleh Allah SWT. Oleh itu janganlah jemu
berdoa kepadanya dalam meminta sesuatu kebaikan, kurniaan, rizki dan
sebagainya.
Apabila kita mampu mengaplikasikan hadits
tersebut dalam kehidupan kita, niscaya kita akan senantiasa bersyukur dan
ikhlas atas segala ketetapan yang Allah berikan dan hati akan senantiasa tenang
dan lapang.
Hadits No. 370
Oleh : Rofiatul Munawwaroh
Terjemah:
“Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus malaikat
kedalam rahim manusia dalam proses pembentukan manusia. Lalu malaikat bertanya
apakah air mani itu? Wahai Tuhan apakah segumpal daging itu? Wahai Tuhan apakah
tulang belulang itu? Maka ketika Allah menginginkan dalam penetapan makhluknya,
lalu malaikat itu bertanya lagi: Wahai Tuhan apakah kesedihan atau kebahagiaan?
Laki-laki atau perempuan? Bagaimana dengan rizki? Bagaimana dengan ajal? maka
Allah menuliskan hal tersebut ketika dalam perut ibunya (manusia ciptan Allah
tersebut).”
(HR. Imam Bukhori Muslim)
Penjelasan Hadits:
Maksud
dari segumpal daging adalah segumpal darah. Dan tulang belulang adalah segumpal
daging yang terbungkus tulang belulang.
Intinya
dari hadist ini memiliki 2 pesan yaitu mengenai kebesaran Allah dalam
penciptaan manusia dan penetapan takdir bagi manusia meliputi dalam berbagai
hal seperti yang di sebut diatas baik itu kesedihan, kebahagiaan, laki-laki,
perempuan, rizki dan ajal semua sudah ditentukan oleh Allah sejak dalam
kandungan. Maka terdapat kebiasaan atau adat bagi umat muslim untu melakukan
selametan ketika kehamilan berusia 4 bulan karena pada waktu itu di tiupkannya
ruh kepada bayi dan semua penetapan sudah dimulai.
Tambahan:
1. Nuthfah yaitu air mani laki laki dan perempuan.
2. ‘Alaqah yaitu sesuatu yang menempel di dinding rahim.
3. Takdir adalah kekuasaan Allah Swt., manusia tidak bisa menentukan kehidupan
apa yang akan dijalaninya.
Wallaahu
a’lam bish shawaab… .
Takdir itu bangsat
BalasHapus