Rabu, 28 Januari 2015

TENTANG AJAL DAN KETETAPAN MANUSIA



RANGKUMAN HADITS NO. 369 & 370
(مختار الأحاديث النبوية)

Dipresentasikan pada hari Ahad, 11 Januari 2015

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 369
Oleh : Riska Nurul Faizah Utami

Hadits dan Terjemah:

انَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ...
 “Sesungguhnya hak Allah adalah mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yang di sisi-Nya dibatasi dengan ajal yang ditentu-kan.”
( HR. Al-Bukhari 2/80; Muslim 2/636)
Penjelasan Hadits:     
Hadits tersebut secara lengkap terdapat pada kitab Shohih Bukhori No. 6289 yang isinya sebagai berikut:
 حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ يَدْعُوهُ إِلَى ابْنِهَا فِي الْمَوْتِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ إِلَيْهَا فَأَخْبِرْهَا أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ فَأَعَادَتْ الرَّسُولَ أَنَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْتِيَنَّهَا فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَيْهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنٍّ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا قَالَ هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Ashim Al ahwal dari Abu Utsman an Nahdi dari Usamah bin Zaid berkata, "Kami di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lantas utusan salah seorang di antara kedua puteri beliau memanggilnya karena anak laki-lakinya diambang kematian. Lantas Nabi bersabda kepada sang utusan: "Pulanglah engkau ke rumah anak puteriku, dan beritahukanlah kepadanya bahwa segala milik Allah-lah yang diambil-Nya dan apa yang diberikan-Nya, dan segala sesuatu di sisi-Nya telah ada ketentuan yang ditetapkan. Suruhlah dia untuk bersabar dan mengharap-harap pahala." Anak puteri beliau kembali mengutus utusannya disertai sumpah yang isinya, 'Anda harus mendatanginya.' Kontan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri bersama Sa'd bin Ubadah dan Muadz bin Jabal, lalu anak kecil dari puteri beliau diserahkan beliau sedang nyawanya sudah tersengal-sengal seolah-olah sudah di penghujung (sisa-sia) hayatnya. Kedua mata Nabi terus berlinang, maka Sa'd bertanya, 'Wahai Rasulullah, mengapa mata anda menangis? ' Nabi menjawab: "Inilah rahmat yang Allah letakkan dalam hati hamba-Nya, bahwasanya Allah menyayangi hamba-Nya yang penyayang." 
(KITAB BUKHARI HADIST NO – 6829)

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwasannya segala sesuatu adalah milik Allah, sehingga Allah berhak mengambil ataupun memberikan apa apa yang Ia miliki. Segala sesuatu di sisi Allah dibatasi dengan ajal atau masa yang telah ditentukan olehNya. Misalnya,  Allah memberikan si A rizki yang melimpah  pada tahun ini, kemudian memberikan sedikit rizki pada tahun berikutnya. Hal ini tentu saja hak Allah SWT untuk melakukan dan menentukan kapan saja waktunya. Sehingga kita sebagai hamba Allah hendaknya senantiasa ikhlas menerima apa apa yang Ia ambil dan berikan kepada kita, karena pada hakikatnya segala sesuatu hanyalah milikNya  dan akan kembali kepadaNya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 156, yang artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali.
Contoh lain adalah batasan umur manusia. Manusia tidak akan pernah tahu kapan ajalnya tiba, manusia juga tidak dapat memajukan ataupun mengakhirkan datangnya ajal tersebut. Sebagaimana firman Allah:
            ولكل أمة أجل فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون                                     
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (Q.S. Al-A’raf: 34).
Di dalam Mu’jam kata ajal digunakan untuk menunjukkan batas kehidupan atau berlakunya sesuatu, bisa itu berupa hutang ataupun hidup.
الأجل: المدة المضروبة للشيء وأصله: استيفاء الأجل أي: مدة الحياة
Kata ajal terulang 5 kali didalam Al Qur’an, yaitu pada surah Yunus : 49, al An’am : 2, Thaha : 129, Fathir : 45, Mukmin : 67.
Dalam tafsir al Wadhih dijelaskan bahwa tiap-tiap umat (bangsa) memiliki batas waktunya sendiri sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Segala kehidupan di alam nyata pasti memiliki batas waktu sendiri, dimana setiap makhluk diberi pilihan dalam menjalani kehidupannya. Dalam surah al Ankabut ayat 57 Allah menjelaskan :
كل نفس ذائقة الموت ثم إلينا ترجعون
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
                                   
Disini dijelaskan bahwa setiap makhluk yang memiliki jiwa, baik itu manusia – jin – maupun tumbuhan dan makhluk lainnya pasti memiliki ajal (batas kehidupan) mereka sendiri. Begitu juga umat manusia yang terlahir sebagai komunitas kemudian mencapai kejayaan dan akhirnya lenyap ditelan masa.                                                                                                                         Setelah kita mengetahui hadits tersebut, pelajaran yang dapat kita ambil adalah  kita harus senantiasa menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang Allah berikan untuk kita dan ikhlas pula terhadap apa apa yang Allah ambil, karena sungguh pada hakikatnya segala sesuatu hanyalah milikNya. Tidak peduli kapanpun dan dimanapun, karena Allah telah menentukan waktu atau masanya. Jika Allah memberi nikmat yang banyak, hendaknya kita bersyukur dan tidak berbahagia dengan berlebihan. Sebaliknya, jika Allah memberi ujian, hendaknya kita tetap sabar dan tidak terlalu larut dalam kesedihan. Allah SWT berhak mengambil apa yang telah diberikan, karena semuanya adalah milikNya, nyawa, rizki, harta dan sebagainya. Kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa, walaupun sehelai bulu mata sekalipun, ia adalah milik Allah.
Allah SWT juga berhak memberi sesuatu apabila tiba masanya. Maka bersabarlah dalam menanti pemberian Allah SWT. Bersabarlah dan teruskan berusaha dan berdoa. Kesabaran menanti itu pula akan diberikan pahala oleh Allah SWT. Oleh itu janganlah jemu berdoa kepadanya dalam meminta sesuatu kebaikan, kurniaan, rizki dan sebagainya.
 Apabila kita mampu mengaplikasikan hadits tersebut dalam kehidupan kita, niscaya kita akan senantiasa bersyukur dan ikhlas atas segala ketetapan yang Allah berikan dan hati akan senantiasa tenang dan lapang.
Hadits No. 370
Oleh : Rofiatul Munawwaroh

Terjemah:
                Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus malaikat kedalam rahim manusia dalam proses pembentukan manusia. Lalu malaikat bertanya apakah air mani itu? Wahai Tuhan apakah segumpal daging itu? Wahai Tuhan apakah tulang belulang itu? Maka ketika Allah menginginkan dalam penetapan makhluknya, lalu malaikat itu bertanya lagi: Wahai Tuhan apakah kesedihan atau kebahagiaan? Laki-laki atau perempuan? Bagaimana dengan rizki? Bagaimana dengan ajal? maka Allah menuliskan hal tersebut ketika dalam perut ibunya (manusia ciptan Allah tersebut).”
(HR. Imam Bukhori Muslim)

Penjelasan Hadits:     
            Maksud dari segumpal daging adalah segumpal darah. Dan tulang belulang adalah segumpal daging yang terbungkus tulang belulang.
            Intinya dari hadist ini memiliki 2 pesan yaitu mengenai kebesaran Allah dalam penciptaan manusia dan penetapan takdir bagi manusia meliputi dalam berbagai hal seperti yang di sebut diatas baik itu kesedihan, kebahagiaan, laki-laki, perempuan, rizki dan ajal semua sudah ditentukan oleh Allah sejak dalam kandungan. Maka terdapat kebiasaan atau adat bagi umat muslim untu melakukan selametan ketika kehamilan berusia 4 bulan karena pada waktu itu di tiupkannya ruh kepada bayi dan semua penetapan sudah dimulai.



Tambahan:
1.      Nuthfah yaitu air mani laki laki dan perempuan.
2.      ‘Alaqah yaitu sesuatu yang menempel di dinding rahim.
3.      Takdir adalah kekuasaan Allah Swt., manusia tidak bisa menentukan kehidupan apa yang akan dijalaninya.

 Wallaahu a’lam bish shawaab… .
           

1 komentar: