Sabtu, 31 Januari 2015

SERBA-SERBI DOKUMENTASI KOMPLEK HINDUN ^_^



Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah Aly bersama Ibu Nyai Azizah Maksum 
saat memberikan wejangan kepada para santri 


Ibu Nyai Hj. Durroh Nafisah Aly bersama Teh Ninih Muthmainnah dan putri keempatnya,
 Ghaitsa Zahira Shofa

Dr. KH. Hilmy Muhammad bersama Ustadz Yusuf Mansur

Pengajian hari Ahad pagi yang biasanya diisi dengan pemberian motivasi dari pengasuh, alumni pondok, ataupun tamu yang melakukan kunjungan studi banding

 
Kunjungan studi banding PPTQ As-Sudais, Makassar, Sulawesi Selatan


Untaian kalimat motivasi dari Ustadz Yusuf Mansur yang ditutup dengan do'a bersama

 Bakti Sosial Komplek Hindun-Anisah di Dusun Srunggo II, Selopamioro, Imogiri, Bantul, DIY

 
Pembubaran Panitia Baksos di RM Nasi Bakar Wirosaban

Ujian Sima'an Tahfidh 15 Juz


Outbound Komplek Hindun-Anisah di Desa Wisata Kelor, Turi, Sleman, 15-16 Mei 2014


Apresiasi Pendidikan Islam dari Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin
 kepada Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah atas Prestasi dan Jasanya sebagai Pencetak Para Hafidhoh

Rabu, 28 Januari 2015

TENTANG AJAL DAN KETETAPAN MANUSIA



RANGKUMAN HADITS NO. 369 & 370
(مختار الأحاديث النبوية)

Dipresentasikan pada hari Ahad, 11 Januari 2015

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 369
Oleh : Riska Nurul Faizah Utami

Hadits dan Terjemah:

انَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ...
 “Sesungguhnya hak Allah adalah mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yang di sisi-Nya dibatasi dengan ajal yang ditentu-kan.”
( HR. Al-Bukhari 2/80; Muslim 2/636)
Penjelasan Hadits:     
Hadits tersebut secara lengkap terdapat pada kitab Shohih Bukhori No. 6289 yang isinya sebagai berikut:
 حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ يَدْعُوهُ إِلَى ابْنِهَا فِي الْمَوْتِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ إِلَيْهَا فَأَخْبِرْهَا أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ فَأَعَادَتْ الرَّسُولَ أَنَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْتِيَنَّهَا فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَيْهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنٍّ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا قَالَ هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Ashim Al ahwal dari Abu Utsman an Nahdi dari Usamah bin Zaid berkata, "Kami di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lantas utusan salah seorang di antara kedua puteri beliau memanggilnya karena anak laki-lakinya diambang kematian. Lantas Nabi bersabda kepada sang utusan: "Pulanglah engkau ke rumah anak puteriku, dan beritahukanlah kepadanya bahwa segala milik Allah-lah yang diambil-Nya dan apa yang diberikan-Nya, dan segala sesuatu di sisi-Nya telah ada ketentuan yang ditetapkan. Suruhlah dia untuk bersabar dan mengharap-harap pahala." Anak puteri beliau kembali mengutus utusannya disertai sumpah yang isinya, 'Anda harus mendatanginya.' Kontan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri bersama Sa'd bin Ubadah dan Muadz bin Jabal, lalu anak kecil dari puteri beliau diserahkan beliau sedang nyawanya sudah tersengal-sengal seolah-olah sudah di penghujung (sisa-sia) hayatnya. Kedua mata Nabi terus berlinang, maka Sa'd bertanya, 'Wahai Rasulullah, mengapa mata anda menangis? ' Nabi menjawab: "Inilah rahmat yang Allah letakkan dalam hati hamba-Nya, bahwasanya Allah menyayangi hamba-Nya yang penyayang." 
(KITAB BUKHARI HADIST NO – 6829)

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwasannya segala sesuatu adalah milik Allah, sehingga Allah berhak mengambil ataupun memberikan apa apa yang Ia miliki. Segala sesuatu di sisi Allah dibatasi dengan ajal atau masa yang telah ditentukan olehNya. Misalnya,  Allah memberikan si A rizki yang melimpah  pada tahun ini, kemudian memberikan sedikit rizki pada tahun berikutnya. Hal ini tentu saja hak Allah SWT untuk melakukan dan menentukan kapan saja waktunya. Sehingga kita sebagai hamba Allah hendaknya senantiasa ikhlas menerima apa apa yang Ia ambil dan berikan kepada kita, karena pada hakikatnya segala sesuatu hanyalah milikNya  dan akan kembali kepadaNya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 156, yang artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali.
Contoh lain adalah batasan umur manusia. Manusia tidak akan pernah tahu kapan ajalnya tiba, manusia juga tidak dapat memajukan ataupun mengakhirkan datangnya ajal tersebut. Sebagaimana firman Allah:
            ولكل أمة أجل فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون                                     
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (Q.S. Al-A’raf: 34).
Di dalam Mu’jam kata ajal digunakan untuk menunjukkan batas kehidupan atau berlakunya sesuatu, bisa itu berupa hutang ataupun hidup.
الأجل: المدة المضروبة للشيء وأصله: استيفاء الأجل أي: مدة الحياة
Kata ajal terulang 5 kali didalam Al Qur’an, yaitu pada surah Yunus : 49, al An’am : 2, Thaha : 129, Fathir : 45, Mukmin : 67.
Dalam tafsir al Wadhih dijelaskan bahwa tiap-tiap umat (bangsa) memiliki batas waktunya sendiri sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Segala kehidupan di alam nyata pasti memiliki batas waktu sendiri, dimana setiap makhluk diberi pilihan dalam menjalani kehidupannya. Dalam surah al Ankabut ayat 57 Allah menjelaskan :
كل نفس ذائقة الموت ثم إلينا ترجعون
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
                                   
Disini dijelaskan bahwa setiap makhluk yang memiliki jiwa, baik itu manusia – jin – maupun tumbuhan dan makhluk lainnya pasti memiliki ajal (batas kehidupan) mereka sendiri. Begitu juga umat manusia yang terlahir sebagai komunitas kemudian mencapai kejayaan dan akhirnya lenyap ditelan masa.                                                                                                                         Setelah kita mengetahui hadits tersebut, pelajaran yang dapat kita ambil adalah  kita harus senantiasa menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang Allah berikan untuk kita dan ikhlas pula terhadap apa apa yang Allah ambil, karena sungguh pada hakikatnya segala sesuatu hanyalah milikNya. Tidak peduli kapanpun dan dimanapun, karena Allah telah menentukan waktu atau masanya. Jika Allah memberi nikmat yang banyak, hendaknya kita bersyukur dan tidak berbahagia dengan berlebihan. Sebaliknya, jika Allah memberi ujian, hendaknya kita tetap sabar dan tidak terlalu larut dalam kesedihan. Allah SWT berhak mengambil apa yang telah diberikan, karena semuanya adalah milikNya, nyawa, rizki, harta dan sebagainya. Kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa, walaupun sehelai bulu mata sekalipun, ia adalah milik Allah.
Allah SWT juga berhak memberi sesuatu apabila tiba masanya. Maka bersabarlah dalam menanti pemberian Allah SWT. Bersabarlah dan teruskan berusaha dan berdoa. Kesabaran menanti itu pula akan diberikan pahala oleh Allah SWT. Oleh itu janganlah jemu berdoa kepadanya dalam meminta sesuatu kebaikan, kurniaan, rizki dan sebagainya.
 Apabila kita mampu mengaplikasikan hadits tersebut dalam kehidupan kita, niscaya kita akan senantiasa bersyukur dan ikhlas atas segala ketetapan yang Allah berikan dan hati akan senantiasa tenang dan lapang.
Hadits No. 370
Oleh : Rofiatul Munawwaroh

Terjemah:
                Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus malaikat kedalam rahim manusia dalam proses pembentukan manusia. Lalu malaikat bertanya apakah air mani itu? Wahai Tuhan apakah segumpal daging itu? Wahai Tuhan apakah tulang belulang itu? Maka ketika Allah menginginkan dalam penetapan makhluknya, lalu malaikat itu bertanya lagi: Wahai Tuhan apakah kesedihan atau kebahagiaan? Laki-laki atau perempuan? Bagaimana dengan rizki? Bagaimana dengan ajal? maka Allah menuliskan hal tersebut ketika dalam perut ibunya (manusia ciptan Allah tersebut).”
(HR. Imam Bukhori Muslim)

Penjelasan Hadits:     
            Maksud dari segumpal daging adalah segumpal darah. Dan tulang belulang adalah segumpal daging yang terbungkus tulang belulang.
            Intinya dari hadist ini memiliki 2 pesan yaitu mengenai kebesaran Allah dalam penciptaan manusia dan penetapan takdir bagi manusia meliputi dalam berbagai hal seperti yang di sebut diatas baik itu kesedihan, kebahagiaan, laki-laki, perempuan, rizki dan ajal semua sudah ditentukan oleh Allah sejak dalam kandungan. Maka terdapat kebiasaan atau adat bagi umat muslim untu melakukan selametan ketika kehamilan berusia 4 bulan karena pada waktu itu di tiupkannya ruh kepada bayi dan semua penetapan sudah dimulai.



Tambahan:
1.      Nuthfah yaitu air mani laki laki dan perempuan.
2.      ‘Alaqah yaitu sesuatu yang menempel di dinding rahim.
3.      Takdir adalah kekuasaan Allah Swt., manusia tidak bisa menentukan kehidupan apa yang akan dijalaninya.

 Wallaahu a’lam bish shawaab… .
           

KARAKTERISTIK SEORANG MUKMIN



RANGKUMAN HADITS NO. 368
(مختار الأحاديث النبوية)

Dipresentasikan pada hari Ahad, 4 Januari 2015

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits No. 368
Oleh : Ulul Fadhilah

Terjemah:
Sabda Rosululloh Saw. sesungguhnya termasuk akhlaknya orang iman itu adalah:
1.      Kuat dalam agamanya. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat memegang teguh keyakinannya, tidak mudah terpengaruh keadaan dan tidak lemah karena cobaan.
2.      Tegas dalam lemah lembut. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas dalam mengambil sikap, tetapi berlapang dada, mudah menerima nasehat, pitutur dan pengarahan, tidak membela diri karena kuatir jatuh harga dirinya, sakdremo, hatinya gampangan untuk diajak maju, berprestasi yang lebih baik dan menuju kearah kesempurnaan.
3.      Keimanan dalam yakin. Orang yang beriman itu imannya mantap, yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan, tidak ragu2 dalam menunjukkan kebenaran Qur’an Hadist Jamaah, rela berkorban demi keberhasilan dan suksesnya cita2 kebenaran Quran Hadist Jamaah.
4.      Berkeinginan dalam ilmu. Orang yang beriman itu selalu mengharapkan bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan kebenaran serta modal dalam perjuangan Quran Hadist Jamaah, tidak merasa kenyang dalam mencari ilmu selama hayat masih dikandung badan.
5.      Takut dalam senang. Orang yang beriman itu harus selalu khawatir dan takut jangan2 amal sholih yang telah dikerjakan selama ini belum cukup untuk bekal menghadap ke hadirat Alloh, sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk beramal sholih yang lebih banyak lagi, tetapi juga merasa berbahagia tenteram dan tenang karena usahanya itu pasti berakhir dengan kemenangan, menerima keridhoan dari Alloh yaitu surga Alloh dan selamat dari neraka Alloh.
6.      Aris (bijaksana) dalam ilmu. Orang yang beriman itu mempunyai sifat tekun, telaten tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu, sabar dan aris hatinya dalam menimba ilmu Al Qur’an dan Al Hadist sebagai satu2nya kebenaran.
7.      Sedang2 (sederhana) dalam kaya. Orang yang beriman itu mempunyai sifat sederhana dalam hidup walaupun kaya raya tetapi mengerti haknya harta sehingga berani ngebosi/mempelopori dalam perjuangan agama Alloh/Quran Hadist Jamaah.
8.      Merias (berhias) dalam melarat. Orang yang beriman itu mempunyai sifat selalu menjaga kebersihan walaupun dalam keadaan sengsara, melarat/miskin tetapi tetap mau berdandan/merias dirinya sebagai orang iman (tetap budiluhur).
9.      Merasa berdosa dari perbuatan rakus. Orang yang beriman itu merasa dosa terhadap perbuatan tamak (rakus) dan hidupnya sederhana tidak nggrangsang, tidak ongso2, bisa menerima pembagian dari Alloh/nerimo ing pandum tetapi tetap berusaha/bekerja untuk hidup yang lebih baik.
10.  Bekerja dalam halal. Orang yang beriman itu selalu berusaha/bekerja dari usaha/bekerja yang halal, walaupun hidup di kalangan/lingkungan yang penuh dengan keharoman/riba.
11.  Baik dalam ketetapan. Orang yang beriman itu selalu tetap istiqomah, rutin, tekun dalam melaksanakan kewajiban terutama dalam beribadah kepada Alloh.
12.  Trengginas dalam petunjuk. Orang yang beriman itu selalu terampil, trengginas, semangat dalam memperjuangkan agama Alloh/Quran Hadist Jamaah, tidak aras2en, bot2an, berat hati tetapi ringan kaki dan ringan tangan.
13.  Mencegah dari syahwat. Orang yang beriman itu dapat mengendalikan diri, mengontrol diri tidak selalu menuruti syahwat/hawa nafsu dan keinginan2 yang tidak manfaat/mubadzir.
14.  Rohmat pada orang yang diberatkan. Orang yang beriman itu selalu kasih sayang kepada orang yang menderita, orang miskin, orang yang berat dalam menghadapi kehidupan/orang melarat.
15.  Sesungguhnya orang iman itu dari hamba Alloh tidak boleh menyimpang pada orang yang membuat marah. Orang yang beriman itu tidak menyimpang dalam menegakkan peraturan dari garis2 kebenaran walaupun terhadap orang yang peling sering membikin dia marah dan geram.
16.  Tidak membuat dosa di dalam orang yang disenangi. Orang yang beriman itu cintanya kepada seseorang tidak menimbulkan pelanggaran2, tidak menerjang larangan2 agama sehingga melakukan perbuatan dosa.
17.  Tidak menyia2kan pada apa2 yang dititipkan (dipercayakan). Orang yang beriman itu tidak menyia2kan/menyelewengkan titipan, kalau ada titipan maka segera diserahkan kepada yang berhak menerima (bisa amanah).
18.  Tidak dengki, tidak menuduh jelek, tidak melaknati. Orang yang beriman itu tidak drengki, tidak suka menuduh jelek kepada sesama orang iman dan tidak suka saling melaknati.
19.  Mengakui dengan haq walaupun tidak disaksikan atas orang. Orang yang beriman itu selalu mengakui kesalahan2 yang diperbuat, walaupun tidak ada orang yang menyaksikan perbuatannya. Bisa taubat atas pelanggarannya meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan.
20.  Tidak menjuluki dengan julukan (yang jelek). Orang yang beriman itu tidak mau memanggil orang iman dengan panggilan yang menyakitkan hati, seperti ya kafir – ya fasiq – ya munafiq – dll.
21.  Khusyuk dalam sholat, cepat2 dalam zakat. Orang yang beriman itu selalu khusuk di dalam sholatnya dan cepat2/tidak menunda2 dalam melaksanakan zakat jika harta sudah sampai nishof.
22.  Tenang dalam goncangan. Orang yang beriman itu sabar, tabah, tahan uji dan tenang di dalam menghadapi fitnah – cobaan dan gegeran.
23.  Bersyukur di waktu longgar. Orang yang beriman itu selalu memperbanyak syukur dan berdoa Kepada Alloh di waktu luang, waktu aman fiamanillah.
24.  Menerima apa2 baginya dan tidak mengakui apa2 yang bukan baginya. Orang yang beriman itu selalu menerima yang jadi miliknya, nerima ing peparing dan tidak mengaku2 yang bukan miliknya, tidak gabrul, tidak gasab.
25.  Tidak mengumpulkan marah (dendam). Orang yang beriman itu tidak menanam dendam kesumat dan tidak menumpuk2 dendam yang membawa kepada permusuhan/kerusakan sesama orang iman.
26.  Tidak dikalahkan pelit dari kebaikan yang dia kehendaki. Sifat kikir dan bakhilnya orang yang beriman itu tidak mencegah untuk berbuat kebaikan meskipun hatinya merasa berat, tetapi karena itu barang baik/kewajiban maka tetap dikerjakan.
27.  Berbaur pada manusia supaya tahu (mengerti), berbincang2 dengan mereka supaya paham. Orang yang beriman itu mau bergaul dengan manusia pada umumnya walaupun terhadap yang berbeda pendapat paham agama, golongan, ras, suku, marga dan mau bicara, berdialog dan bermusyawaroh dengan mereka, tetapi tidak terpengaruh dan bahkan berpengaruh.
28.  Jika dianiaya dan didurhakai sabar sehingga ada Alloh (yang Maha Pengasih) yang menolong. Orang yang beriman itu jika dianiaya dan didurhakai tetap sabar sehingga Alloh yang Maha Pemurah member pertolongan.
(HR. Al Hakim wa Tirmidzi)

Tambahan:
1.      Miqoh yaitu cinta. Sama dengan sayang yang membuahkan, ada buah dari apa yang diungkapkan, dan tidak hanya sekedar senang. Dapat berupa memberi kebaikan, kemanfaatan, perhatian, sesuatu, dan lain-lain.
2.      Bijaksana yaitu mengetahui kapan, dimana dan siapa serta tentunya setelah mengetahui. Oleh karena itu di dalam al-Qur’an sering disebutkan ayat ‘aliiman hakiimaa. Orang itu bisa bijak sebab dia mengetahui dan menerapkan ilmunya.
3.      Thoma’ yaitu berlebihan dan ingin mempunyai barang atau milik orang lain.
4.       Syahwat yaitu buah dari nafsu yang membara atau berkobar-kobar. Sedangkan nafsu sendiri yaitu potensi manusia berupa keinginan yang bisa menjurus pada hal baik maupun buruk. Nafsu harus diatur atau dikendalikan dan mustahil bisa dihilangkan.

Wallaaahu a’lam bis showaab........