Sabtu, 16 Juni 2012

Keutamaan Istiqomah


بسم الله الرحمن الرحيم

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

 “Maka bertahanlah engkau seperti yang diperintahkan kepadamu, dan barang siapa bertobat bersama dengan kau (Muhammad saw), janganlah kau melanggar aturan. Sungguh Dia mengetahui segala yang kamu kerjakan ”. QS. Hud (11): 112

Itulah kirannya kalamullah yang dijadikan sandaran bagi orang-orang yang istiqomah. Sejatinya ayat ini turun ditujukan kepada Rasulullah dan orang-orang yang telah bertaubat bersamanya. Istiqomah sendiri menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an adalah berlaku lurus dan memempuh jalan dengan tidak menyimpang. Istiqomah ini memerlukan kesadaran yang terus-menerus, perenungan yang terus-menerus, perhatian yang terus-menerus terhadap batas-batas jalan hidup dan pengendalian emosi kemanusiaannya yang sedikit banyak dapat saja berpindah arah. Maka, semua ini merupakan kesibukan abadi dalam setiap gerak kehidupan. (Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilal al-Qur’an Jilid XII, hlm. 149).
Istiqomah itu sendiri harus dijalani dengan rasa kesadaran dan perasaan kesungguhan di dalam hati. Dalam materi pengkajian kitab kuning yang berjudul Mukhtar al-Ahadis al-Nabawiyyah dan dibimbing langsung oleh DR. KH. Hilmi Muhammad Hasbullah, MA, pada hadis nomor 35 menyebutkan:
أحبّ الأعما ل إلى الله أن تموت ولسانك رطب من ذكرالله  (رواه البيهقى عن معاذ)
“Allah mencintai seseorang yang diam dan selalu mengingat Allah dalam segala hal”. HR. al-Baihaqi ‘an Mu’adz.
            Dari hadis yang disajikan di atas, penulis mendapati 2 point yang dapat diutarakan dalam penulisan ini serta dapat diambil manfaat dan hikmahnya. Pertama, Allah lebih mencintai seseorang karena diamnya. Dalam ucapan atau perkataan seseorang setiap hari ada yang bersifat baik dan buruk. Yang menjadi masalah adalah ketika ucapan dan perkataan tersebut bersifat buruk. Dalam hal ini, disarankan untuk diam karena menghindari perkataan-perkataan buruk atau jelek yang menimbulkan fitnah, adu domba dan lain sebagainya terhadap orang lain. Pepatah mengatakan “Diam adalah Emas”, memang benar sejatinya pepatah itu mengeluarkan perumpamaan tersebut. Akan tetapi perumpamaan diatas janganlah ditelan mentah-mentah, kita harus lebih cermat dan cerdas dalam menempatkan sesuatu. Jika kondisi mendesak kita untuk berbicara dari pada diam yang mengakibatkan kerugian diri kita atau orang lain maka mulut kita harus tetap berucap sesuai apa yang telah terjadi.
            Kedua, selalu mengingat Allah dalam lisan, perbuatan maupun hati. Di sini penulis dapat mengerucutkan point kedua di atas, yaitu keistiqomahan seseorang adalah sesuatu yang sangat disenangi Allah swt. Pada halaman pertama telah penulis sajikan apa itu istiqomah dan bagaimana seharusnya orang yang melaksanakan sesuatu dengan terus-menerus. Semoga kita menjadi manusia yang kian hari semakin baik di mata sesama hamba-Nya dan terutama di mata  Sang khaliq, serta semoga kita tergolong hamba-hamba yang beruntung di dunia maupun di akhirat. Amin ya Robbal ‘Alamin.
      ByAmilatul ‘Azmi, S.Th.i
غرفة التنزل